Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pembiayaan telah berkontribusi terhadap menggerakkan perekonomian nasional. Kendati demikian, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah melihat industri ini masih memiliki peran yang kecil.
“Multifinance lebih banyak membiayai kebutuhan konsumsi seperti kendaraan roda dua dan empat, juga kepemilikan rumah. Harus diakui sistem keuangan kita itu masih sangat sederhana baik aturan, instrumen, dan kelembagaan,” ujar Piter kepada Kontan.co.id pada Minggu (17/8).
Baca Juga: Begini upaya MTF menggerakkan ekonomi nasional lewat bisnis pembiayaan
Lanjut Ia, ketika pasar keuangan yang masih sangat sederhana dan konservatif, sehingga kecenderungan lebih stabil dan lebih kuat menghadapi gejolak. Kendati demikian, peranan yang diberikan juga belum besar.
“Kita lihatnya dari aset dan perputaran uangnya, perbankan kita masih kuasai 80% sistem keuangan Indonesia, multifinance berkisar 10%. Jadi belum besar kontribusinya,” papar Piter.
Ia mengakui, multifinance juga telah ikut mereka menggerakan pasar modal baik melaui IPO dan surat utang. Juga ikut menggerakkan kredit dari perbankan sebagai sumber pendanaan.
Piter menilai meskipun multifinance menggerakkan sektor keuangan bukan berarti telah menggerakkan perekonomian. Lantaran pengukurannya ada pada peran sektor keuangan tersebut terhadap sektor ril sebagai peran intermediasi dari lembaga keuangan.
Baca Juga: MTF sebut ada 3 tantangan multifinance menggarap bisnis pembiayaan, apa saja?
“Sekarang peran dalam menggerakkan sektor riil masih terbatas, karena lebih banyak membiayai kegiatan konsumtif bukan produktif. Bila ingin menggerakkan sektor riil, maka arahnya lebih banyak menyalurkan pembiayaan investasi dan modal kerja. Bisa menciptakan produk-produk. Ini yang kita harapkan dan kita tunggu. Bukan sekedar leasing saja,” tutur Piter.