Reporter: Nina Dwiantika, Issa Almawadi | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Lesunya perekonomian nasional turut menahan laju laba bank. Industri perbankan memproyeksikan margin bunga bersih (NIM) tidak naik signfikan tahun ini. Sebab, bank mengerem penyaluran kredit, di sisi lain bunga kredit tak bisa naik tinggi karena mempertimbangkan rasio kredit bermasalah (NPL).
Pahala N Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri, mengatakan, NIM akan terjaga di level 5%, karena ada penyesuaian pertumbuhan kredit 16%-18% di kuartal II sampai kuartal IV. Di kuartal I 2014, kredit Mandiri tumbuh 20%. Mandiri juga belum berniat mengerek bunga kredit, tapi lebih menggenjot pelayanan.
Di kuartal I 2014, Mandiri mencatat NIM sebesar 5,75%. Angka ini naik 0,37% dibanding Maret 2013 sebesar 5,38%. Bank pelat merah ini akan menjaga NIM di level 5,60%-5,70% pada tahun ini.
Meski NIM tak tumbuh signifikan, prediksi Pahala, laba tetap tumbuh dua digit. Strateginya adalah meningkatkan pendapatan komisi atau fee based income. Pada kuartal I 2014, fee income Mandiri tumbuh 15% year-on-year menjadi Rp 13,09 triliun.
Manajemen Bank Danamon Indonesia juga memproyeksikan NIM akan stagnan. Pasalnya, kenaikan bunga kredit tak sekencang bunga simpanan, sehingga bank harus menggenjot pertumbuhan kredit lebih tinggi demi mengerek NIM.
Bank milik investor Singapura ini mencatat kredit tumbuh 16% pada kuartal I 2014, tapi NIM terpangkas 1,5% menjadi 8,6% per Maret 2014, dibanding per Maret 2013 sebesar 10,1%. Penurunan ini karena pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 3%. "Kami akan menjaga NIM di 8,6% sampai akhir tahun ini," kata Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Danamon.
Bank Negara Indonesia akan mempertahankan NIM sebesar 6,1% di akhir 2014. BNI perlu menekan laju pertumbuhan kredit dengan mempertahankan bunga kredit murah. Untuk mempertahankan NIM sesuai target, BNI siap menjaga posisi dana murah 68%. Hal ini agar tidak mengeluarkan dana besar untuk membayar bunga. "Kami akan menjaga NIM di 6%," ucap Gatot M Suwondo, Direktur Utama BNI. Per kuartal I 2014, NIM BNI turun tipis menjadi 6,1% per Maret 2014, dari 6,2% per Maret 2013.
Sementara NIM Bank Central Asia pada kuartal I 2014 meningkat. "NIM meningkat 60 bps menjadi 6,5% pada Maret 2014 dari 5,9% per Maret 2013," ujar Presiden Direktur Bank Central Asia, Jahja Setiaatmadja menuturkan.
Jahja bilang, kenaikan NIM ditopang yield aset produktif yang lebih tinggi dan peningkatan kontribusi kredit terhadap total aset produktif. Selain itu, BCA mencetak NIM tinggi karena kenaikan suku bunga dan volume kredit yang mencapai Rp 317,2 triliun atau meningkat 19,7% (yoy). Jahja mengaku, sejak BI rate naik pada Juni tahun lalu, BCA telah mengerek bunga simpanan dan bunga kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News