kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonomi Mulai Membaik, Perbankan Perkuat Pencadangan di Tahun 2022


Kamis, 10 Maret 2022 / 14:39 WIB
Ekonomi Mulai Membaik, Perbankan Perkuat Pencadangan di Tahun 2022
ILUSTRASI. Petugas teller memperlihatkan uang pecahan Rp 75.000./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/07/05/2021.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan tetap memupuk pencadangan ketika kondisi ekonomi mulai membaik. Hal ini dilakukan sektor perbankan guna mengantisipasi risiko kredit macet (NPL) akibat pandemi Covid-19.

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk misalnya, akan meningkatkan terus coverage cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dari tahun ke tahun. Direktur Risk Management and Transformation BTN Setiyo Wibowo mengatakan, perusahaan akan menaikkan pencadangan secara bertahap. "Harapannya, berada dikisaran 145% - 150% coverage CKPN terhadap NPL," kata Setiyo, Kamis (10/3). 

Setiyo menyebut, pencadangan ini sebagai persiapan dan alokasi biaya seandainya kualitas kredit turun. Dengan pencadangan yang makin tinggi, BTN lebih siap menghadapi berbagai kondisi. Misalnya, kondisi ekonomi memburuk sehingga mempengaruhi kualitas kredit. 

Baca Juga: Perbankan Gencar Lakukan Pencadangan, Ini Penyebabnya

Untuk tahun ini, BTN akan menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) Gross di kisaran 3,4% - 3,5%. Strateginya dengan mengawal program restrukturisasi kredit nasabah terdampak Covid-19. 

Kemudian fokus pada penagihan kredit berdasarkan periode tunggakan yang digolongkan dalam bucket awal, menengah dan akhir. Kemudian melaksanakan penjualan aset - aset bermasalah baik satuan maupun bulk melalui asset sale festival.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), akan tetap melakukan pencadangan sebagai langkah antisipasi kualitas kredit ke depan. Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn mengatakan, pencadangan tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi. "BCA juga berkomitmen senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit," kata Hera.

Tercatat total kredit BCA mampu tumbuh 8,2% yoy mencapai Rp 637,0 triliun pada 2021. Pertumbuhan kredit ini diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman, sejalan dengan kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran normal.

Baca Juga: Bank Tabungan Negara (BBTN) Sebut Nasabah Loyal Meningkat 222%

Adapun rasio loan at risk (LAR) turun ke 14,6% di tahun 2021, dibandingkan dengan 18,8% di tahun sebelumnya. NPL juga terjaga di level 2,2% pada tahun lalu berkat upaya pemerintah dan otoritas dalam mengendalikan pandemi serta kebijakan relaksasi restrukturisasi dari otoritas.

Sejalan dengan peningkatan kualitas aset, biaya provisi tercatat menurun 19,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Ke depan, BCA berharap bahwa geliat perekonomian di Indonesia akan terus bangkit.

PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) juga berencana meningkat jumlah pencadangan tahun ini. Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu mengatakan, persiapan pencadangan bergantung pada kualitas aset. "Tetapi dengan meningkatnya pertumbuhan kredit di 2022 maka dengan sendirinya pencadangan juga meningkat," terang Daniel.

Dibarengi peningkatan pencadangan, perusahaan juga menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 20% -30% pada tahun ini. Proyeksi pertumbuhan tersebut meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan lebih prospektif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×