Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring pemulihan ekonomi nasional, perbankan berupaya meningkatkan kualitas kredit. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) industri perbankan berada di level 3,22% per Oktober 2021.
Angka NPL ini lebih baik sebelum penerapan PPKM jilid dua secara masif di level 3,35% pada Juli 2021. Bankir optimis kualitas kredit akan terus membaik hingga tahun depan.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memproyeksi NPL BTN di kisaran 3,7% hingga 3,9% di pengujung 2021. Setiyo Wibowo, Direktur Risk Management and Transformation BTN berharap NPL dapat terus membaik di kisaran 3,3% hingga 3,5% di tahun depan.
“NPL Oktober 2021 kondisi makin baik dibandingkan September sudah 3,94%. Ini menunjukkan prospek pemulihan ekonomi yang semakin baik. Perbaikan kualitas terutama di perumahan landed yang tipe sederhana mulai dari 36 meter persegi hingga 70 meter persegi,” kata dia kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: OJK: Tingginya gap pertumbuhan kredit dengan DPK akan pengaruhi profitabilitas bank
Sedangkan untuk segmen apartemen secara umum prospeknya masih cukup berat karena supply yang masih berlebih. Kondisi NPL ini jauh membaik dibandingkan September 2020 mencapai 4,56%.
Setiyo menjelaskan, terdapat empat strategi yang telah diterapkan. Pertama, menerapkan perbaikan proses kredit baru.
Kedua, perbaikan manajemen penagihan dan manajemen aset. Ketiga, mempercepat penjualan aset bermasalah secara massal. Keempat, penyaluran kredit yang sudah mulai pulih.
Baca Juga: Restrukturisasi kredit di bank melandai, ini penyebabnya
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatat NPL bank only sebesar 3,33% per Oktober 2021. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan pencapaian ini sedikit membaik dibandingkan dengan NPL BRI pada Juli 2021 yang tercatat 3,4%.
“Sektor-sektor yang masih tertekan yakni jasa dan pengangkutan, serta sektor hotel dan restoran. Hingga akhir Desember 2021 BRI menargetkan NPL terjaga di kisaran 3,3% hingga 3,5%,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id pada Senin (29/11).
BRI memiliki strategi preventif dan antisipatif dalam mengelola NPL. Mulai dari menyalurkan kredit secara selektif, menyiapkan pencadangan yang cukup.
“Hingga melakukan monitoring baik secara onsite dan offsite untuk menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Serta melakukan deteksi dini terhadap pinjaman pinjaman yang memiliki potensi penurunan kualitas kredit,” jelasnya.
Baca Juga: Tren restrukturisasi kredit di perbankan melandai
Direktur Manajemen Risiko Bank BNI, David Pirzada mengatakan, BNI terus berupaya memperbaiki kualitas kredit dengan pemantauan dan penilaian yang ketat untuk mengetahui kondisi debitur.
Sementara penyaluran kredit yang masih mampu tumbuh ditopang oleh kredit baru dari debitur top tier maupun debitur yang kuat di sektornya. BNI sudah berhasil menurunkan NPL di September 2021 pada level 3,8%. Atau turun dibandingkan bulan Desember 2020 di angka 4,3%.
Posisi NPL itu lebih baik dari proyeksi rencana bisnis bank (RBB) di akhir tahun 2021 yang dipatok pada level 3,9%. "Untuk mengantisipasi pemburukan kredit, BNI terus meningkatkan NPL coverage ratio, dari 182% di Desember 2020 menjadi 227% di September 2021,” ujar David.
Baca Juga: Ekonomi membaik, perbankan genjot penyaluran KUR
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News