kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspansi bank ke Singapura berpotensi rugi


Senin, 27 Mei 2013 / 06:55 WIB
Ekspansi bank ke Singapura berpotensi rugi
ILUSTRASI. Cek harga sepeda gunung anak Polygon Relic series update terbaru (Desember 2021)


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Roy Franedya

JAKARTA. Pepatah lama mengatakan: "Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri". Artinya, seenak-enaknya hidup di negeri orang tapi masih lebih enak hidup di negeri sendiri. Pepatah ini setidaknya perlu direnungkan oleh manajemen tiga bank milik negara (BUMN) yang berencana ekspansi ke Singapura.

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaadmaja mengatakan, berbisnis di Singapura tidak mudah dan pasarnya sudah jenuh. Ini terlihat dari kesadaran masyarakatnya atas layanan perbankan sangat tinggi.

Selain itu, keuntungan bank di negeri jiran itu sangat mini. Maklum, persaingan bunga kredit sangat ketat dan inflasinya rendah. Tak heran jika bank swasta terbesar di Indonesia ini ogah berekspansi ke luar negeri. "Ekspansi ke sana hanya sekadar untuk gengsi. Kami lebih memilih menggarap dalam negeri, ongkosnya lebih kecil," ujar Jahja kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Sekadar gambaran, penetrasi kredit terhadap produk domestik bruto (PDB) Singapura sudah mencapai 113%. Bandingkan dengan Indonesia yang baru 32%. Sedangkan rerata net interest income (NIM) Indonesia mencapai 5,4%, atau lebih baik ketimbang Singapura yang sebesar 1,5% hingga 2%.

Ketatnya persaingan bisnis di luar negeri sudah dibuktikan BCA. Bank milik Grup Djarum ini sudah menutup empat kantornya di luar negeri karena keuntungannya kecil. Yang terbaru, BCA menutup kantor remitansi di Malaysia pada tahun lalu.

Potensi ritel

Tetapi tidak semua bank lokal yang berekspansi di Singapura buntung. Contohnya, Bank Negara Indonesia (BNI). Bank ini mengklaim cabangnya di Singapura bisa tumbuh 20% dan mendapat keuntungan US$ 5 juta - US$ 6 juta setiap tahun.

Pendapatan tersebut berasal dari pendapatan komisi transaksi trade finance, penjualan  mata uang atau foreign exchange (forex), remintasi dan pembiayaan. Saat ini, BNI memiliki satu cabang dan satu kantor kas di negara itu.

Senior Vice President dan Head of International Banking BNI, Firman Wibowo mengatakan, bisnis bank di Singapura masih menjanjikan karena ada sekitar 200.000 warga Indonesia yang bekerja di sana dan 200.000 turis asal Indonesia. "Pasar transaksi ekspor-impor di Singapura juga belum jenuh," katanya. Potensi bisnis lebih besar jika otoritas Singapura memberikan kesempatan menggarap nasabah ritel dari penduduk Singapura asal Indonesia dan nasabah remitansi.

Ketua Himpunan Bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono mengatakan bank ingin ekspansi ke Singapura demi layanan ekspor-impor. Padahal, ketimbang mengelola dananya di luar negeri, lebih baik dikelola di dalam negeri sembari menjaga likuiditas valas di pasar.

Sekadar informasi, BNI, Bank Mandiri dan Bank rakyat Indonesia (BRI) berpotensi ekspansi ke Singapura menyusul wacana penerapan azas resiprokal oleh Monetary Authority of Singapore (MAS). Ini merupakan syarat yang diajukan Bank Indonesia untuk mengizinkan akuisisi DBS atas Bank Danamon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×