Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan perbankan kian berat di tengah kenaikan kekhwatiran meluasnya penyebaran virus corona. Wabah tersebut semakin melemahkan ekonomi secara global. Anjloknya harga minyak awal pekan ini juga bisa menambah tekanan terhadap bank.
Sejauh ini, pelaku industri memang belum bisa menjabarkan besaran potensi kredit bermasalah yang bisa muncul akibat virus corona. Namun, eksposur kredit perbankan di sektor-sektor yang terpapar oleh virus tersebut bisa dicermati guna melihat potensi risiko.
Sektor yang dinilai paling terdampak dari penyebaran virus corona adalah terkait dengan pariwisata. Orang-orang di berbagai penjuru dunia saat ini khawatir untuk bepergian ke luar negeri.
Baca Juga: Morgan Stanley: Kejatuhan harga minyak memperburuk perekonomian global
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sebagai bank swasta terbesar di tanah air memiliki eksposur kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) sebesar Rp 148 triliun pada tahun 2019 atau berkontribusi 25% terhadap total kredit bank. Kredit ini tumbuh 18% secara year on year (YoY).
Namun, Santoso Liem, Direktur BCA mengatakan, porsi kredit ke hotel dan pariwisata dalam sektor tersebut masih relatif kecil. "Dari hasil pantauan BCA sejauh ini, belum ada debitur yang secara spesifik menyampaikan kesulitan pembayaran sebagai dampak dari virus corona," ujar Santoso kepada Kontan.co.id, Selasa (10/3).
Dari sisi kualitas kredit, rasio non performing loan (NPL) BCA di sektor PHR pada tahun 2019 tercatat 2,7%. Sedangkan NPL bank ini secara keseluruhan cenderung turun ke level 1,3%.
Ke depan, BCA akan terus mengkaji berbagai peluang penyaluran kredit dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian serta mengutamakan penyaluran kredit kepada nasabah yang memiliki rekam jejak yang baik dan memiliki prospek bisnis potensial.
Selain itu, kata Santoso, pihaknya juga melakukan diversifikasi penyaluran kredit diversifikasi ke berbagai sektor ekonomi untuk meminimalisir risiko konsentrasi kredit pada salah satu sektor saja.
Baca Juga: Sebesar Rp 40,16 triliun dana asing kabur dari pasar, BI: Nilainya terus bertambah
Bank Mandiri juga melihat bahwa sektor yang paling terdampak dari wabah ini adalah pariwisata. Namun, Royke Tumilaar, Direkur Utama Bank Mandiri mengatakan, porsi kredit di sektor tersebut tidak besar. "Kami yang besar porsi di sektor korporasi. Kalau perhotelan hanya kecil sekali, paling sekitar di bawah 3%," katanya.
Sementara berdasarkan riset Krena Securities, eksposure kredit Bank Mandiri ke sektor PHR di tahun 2019 sekitar 13,4% dari total kredit. Lalu di Bank BRI mencapai 33,6% dan Bank BNI sekitar 17,5%.
Baca Juga: Gara-gara corona, beberapa negara buat kebijakan untuk mendongkrak ekonomi
Sejauh ini, Bank Mandiri belum melihat adanya dampak virus corona terhadap pemburukan kualitas kredit. Meski begitu, Royke bilang, pihaknya sudah melakukan antisipasi dengan melakukan restruktrurisasi dengan memperpanjang waktu kredit dan mengubah proses terhadap debitur-debitur di sektor yang terdampak langsung dari virus tersebut.
Sementara, porsi kredit sektor pariwisata Bank Woori Saudara tidak sampai 1% terhadap total kredit. Perwakilan manajemen Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan, virus corona tidak berdampak signifikan terhadap NPL di sektor tersebut. "Sektor yang paling terdampak untuk Bank Woori adalah manufaktur yang berbahan baku impor dari China mulai sedikit mengalami kesulitan," ujarnya.
Baca Juga: Gara-gara virus corona, BI akan kalkulasi lagi pertumbuhan ekonomi tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News