kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Embrio konsolidasi bank Plat merah


Jumat, 27 Februari 2015 / 08:05 WIB
Embrio konsolidasi bank Plat merah
ILUSTRASI. Geluti bisnis properti di Tomohon, Greysia Polii bertekad membangun kampung halaman


Reporter: Adhitya Himawan, Dea Chadiza Syafina, Issa Almawadi | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Efisiensi adalah langkah awal menurunkan bunga kredit. Target itulah yang ingin dicapai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarmo terhadap bank BUMN.

Menteri BUMN pun menggiring bank pelat merah agar menyatukan mesin automatic teller machine (ATM). Kalkulasi Menteri Rini, penggabungan ATM bakal menekan biaya operasional bank. Cara ini akan mengurangi impor mesin ATM, menekan biaya penggunaan listrik serta tetek bengek lain dalam pengelolaan ATM. 

Ujungnya, bank BUMN bisa menggunting bunga kredit.  Kredit yang murah jelas dibutuhkan oleh pemerintah yang ingin menggenjot pembangunan dan perlu modal besar. Memang tidak mudah mewujudkannya, kendati peluang konsolidasi mesin ATM tetap terbuka. Wajar saja, beragam sikap bankir BUMN menanggapi rencana ini. 

Secara tersirat, bank BUMN besar dan memiliki banyak jaringan ATM, kurang sreg dengan rencana ini. Sebaliknya, bank plat merah yang memiliki sedikit ATM, tampak senang dengan  agenda ini. Kendati begitu, mereka kompak mempertanyakan efektivitasnya terhadap penurunan bunga kredit. 

Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI), Budi Satria menyatakan, kesepakatan tentang besaran komisi  (fee sharing) akan menjadi perdebatan alot saat proses konsolidasi ATM. "Fee menjadi prioritas antara bank pengguna dan bank pemilik ATM," ujar Budi, Kamis (26/2).

Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri menilai, penerapan single ATM kurang strategis. Sebab ke depan, penetrasi ATM bakal menyusut. Nasabah akan bermigrasi  ke transaksi mobile banking dan transaksi non tunai seiring era layanan bank tanpa kantor.

Bank Tabungan Negara (BTN) justru gembira menyambut rencana pemerintah itu. Irman Alvian Zahirudin, Direktur Konsumer BTN menilai, BTN diuntungkan dengan konsolidasi ATM. Maklum, "Jumlah ATM BTN cuma 1.800 unit, sementara  bank BUMN lain sudah lebih dari 10.000 mesin," kata dia.

Budi menilai, penurunan biaya operasional ATM tak berpengaruh besar terhadap penurunan bunga kredit.  Ada faktor lain yang mendorong bunga kredit, semisal biaya dana.  Rohan menambahkan, komponen lain perhitungan bunga kredit adalah biaya dana mencapai 4%-5%, serta biaya pengadaan infrastruktur bank hingga gaji pegawai yang berkisar 2%-2,5%. Ada juga pajak sebesar 0,5%, provisi dan giro wajib minimum (GWM).

"Jika komponen itu dirata-rata, bank punya beban 10%-10,5% dari bunga kredit 12%. Margin bank hanya 2%," kata Rohan.
Gatot M. Suwondo, Direktur Utama BNI, menilai,  rencana penyatuan ATM bank BUMN bukan satu-satunya solusi. Lagi pula, kata Gatot, efisiensi selalu menjadi perhatian utama bank BUMN.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×