Reporter: Dea Chadiza Syafina |
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutar otak, menentukan langkah apa saja yang akan diambil pasca keputusan The Federal Reserve (The Fed) yang menunda pengurangan stimulus quantitative easing (QE jilid III).
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo membeberkan, bank sentral akan memanfaatkan baik-baik penundaan ini sebagai waktu untuk membenahi struktur kebijakan moneter. Namun, ia belum mau merinci, pos apa saja yang akan dibenahi.
"Selain moneter, penundaan ini akan untuk membenahi fiskal dan koordinasinya. Reformasi yang perlu dilakukan ini tidak boleh ditunda seperti reformasi terkait infrastruktur, perburuhan, perizinan, koordinasi pemerintah pusat dan daerah, perbaikan iklim investasi, khususnya ekspor," kata Agus di Gedung BI, Jakarta, Jumat (20/9).
Menurutnya, tak seharusnya pemerintah membiarkan BI bekerja sendiri menata makro ekonomi. Namun, pemerintah juga harus memperbaiki masalah investasi untuk menyediakan lapangan pekerjaan, investasi untuk tambahan ekspor dan juga investasi untuk membangun industri hulu yang saat ini cukup banyak. Sebab, selama ini jika terjadi pertumbuhan ekonomi, Indonesia justru membuat impor menjadi lebih besar.
Reformasi ini, menurut Agus tak bisa ditunda, sebab, sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan peta ekonomi atau landscape yang menunjukkan bahwa negara dengan tingkat perekonomian maju akan kembali pulih.
"Dengan begitu negara berkembang yang kebetulan memiliki PR (pekerjaan rumah) memperbaiki neraca transaksi berjalan, neraca pembayaran, inflasi , defisit anggaran itu perlu ditata," ujar Agus.
Agus menambahkan, atas penundaan pengurangan stimulus ini, Bank Indonesia terus melakukan koordinasi dalam rangka upaya memperbaiki kualitas aset. Selain itu juga, BI akan mengadakan pertemuan dan koordinasi untuk membicarakan transaksi berjalan dalam rapat kabinet pada Selasa (24/9) pekan depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News