Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Bisnis nasabah kaya milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) terus berkembang. Hingga kuartal I 2013, pendapatan komisi atau fee based income wealth management BNI melonjak 200%.
Meski demikian, nilai tersebut hanya berkontribusi 2% saja terhadap fee income BNI yang mencapai Rp 1,2 triliun.
“Kami mulai merangkul nasabah potensial,” jelas Direktur Konsumer dan Ritel BNI Darmadi Sutanto, Rabu, (1/5).
Dalam produk wealth management tersebut, asuransi premium naik 200%. Lalu investasi melonjak 300% dari Rp 1,1 triliun menjadi Rp 4,5 triliun. "Tapi ini karena basis dulu kami masih kecil," ucapnya.
Diakui Darmadi, bahwa memang ada risiko yang dikhawatirkan dari pengelolaan wealth management ini. Pertama, yaitu miss-penjualan. Ini misalnya menjual produk ke pihak yang tepat atau tak mengerti kinerja investasi di wealth management.
Ia merasa paling khawatir pada miss-penjualan ini. Untuk meminimalkan risiko, BNI menerapkan proses yang ketat seperti call back 100% bagi nasabah yang berinvestasi. Nantinya, ia akan ditelepon oleh pihak lain untuk memastikan produk yang benar.
Selain itu, Darmadi juga mengkhawatirkan risiko compliance. Namun, ini terbantu dengan adanya aturan yang semakin banyak oleh Bank Indonesia (BI). Misalnya saja, petugas tak boleh lagi memegang formulir kosong.
Dana kelolaan wealth management BNI kuartal I 2013 mencapai Rp 40 triliun. Ini tumbuh sekitar 30% dari Rp 30 triliun pada periode yang sama di 2012. Hingga akhir tahun, BNI optimis dapat mencatat kenaikan dana kelolaan menjadi Rp 50 triliun-Rp60 triliun. Perlu diketahui, kategori nasabah kaya BNI yaitu di atas Rp 1 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News