Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA Tekanan ekonomi yang menimpa kelompok menengah bawah mulai tercermin jelas dari melemahnya simpanan rumah tangga di perbankan.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan rata-rata simpanan per rekening pada Oktober 2025 hanya mencapai Rp 6,04 juta, turun dari Rp 6,58 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan juga terjadi pada rata-rata tabungan yang kini tinggal Rp 4,02 juta, lebih rendah dibanding Rp 4,19 juta pada Oktober 2024.
Baca Juga: Menakar Potensi Ekonomi Hewan Kurban 2025 di Tengah Penurunan Daya Beli
Direktur Celios, Bhima Yudhistira, menjelaskan bahwa penurunan simpanan terutama berasal dari melemahnya pendapatan kelompok menengah, segmen yang selama ini menjadi pendorong utama pertumbuhan tabungan.
Menurutnya, banyak rumah tangga kini lebih mengutamakan kebutuhan pokok dan kewajiban cicilan sehingga ruang untuk menabung semakin sempit.
Ia menambahkan, kelompok desil 5 dan 6 menjadi yang paling tertekan karena tidak menerima bantuan langsung tunai (BLT) namun tetap menghadapi kenaikan biaya hidup dan tekanan ekonomi lainnya.
Bhima memprediksi pelemahan simpanan rumah tangga masih akan berlanjut hingga 2026. Ia menilai penurunan pendapatan formal, kenaikan biaya hidup, serta dampak bencana terkait perubahan iklim akan membuat kemampuan menabung masyarakat semakin menurun.
Baca Juga: CNAF Andalkan Pembiayaan Dana Tunai di Tengah Lesunya Daya Beli
Sementara itu, data Mandiri Institute per pertengahan November 2025 menunjukkan dinamika yang berbeda antar kelompok pendapatan.
Head of Deposit Product Management Bank Mandiri, Mega Ekaputri Pujianto, mengungkapkan bahwa rumah tangga berpendapatan rendah justru mencatat kenaikan indeks tabungan dari 73,1 pada Oktober menjadi 74,7.
Menurutnya, kenaikan tersebut mencerminkan penyesuaian pola konsumsi sekaligus meningkatnya kehati-hatian masyarakat dalam mengatur keuangan.
Sebaliknya, indeks tabungan kelompok menengah atas turun ke kisaran 100 dan 93,2, yang ikut menekan saldo tabungan rata-rata.
Meski demikian, Bank Mandiri masih mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sekitar 15% hingga Oktober 2025, yang menurut Mega menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap terjaga.
Baca Juga: Rojali dan Rohana Merebak, Cermin Daya Beli Turun atau Tren Belanja Baru?
Bank Mandiri, katanya, optimistis penghimpunan dana akan kembali menguat seiring pemulihan daya beli dan meningkatnya keyakinan konsumen. Beragam inovasi juga disiapkan, mulai dari penguatan literasi keuangan, produk tabungan yang lebih fleksibel, hingga layanan digital yang lebih mumpuni.
Dari sisi perbankan lain, Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, mengakui bahwa tabungan perorangan masih melemah karena masyarakat lebih fokus mencukupi kebutuhan harian.
Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga paruh pertama tahun depan. Adapun DPK CIMB Niaga pada Oktober 2025 tercatat Rp 285,1 triliun, tumbuh 13,7% secara tahunan.
Selanjutnya: TransJakarta dan TKDN Akan Berkolaborasi Kembangkan Smart Halte
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













