kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Finansial Inclusion mendorong efisiensi


Selasa, 24 Juli 2012 / 08:58 WIB
Finansial Inclusion mendorong efisiensi
BTS menguasai peringkat 10 penyanyi Korea terbaik di bulan Juni tahun 2021 ini.


Reporter: Roy Franedya | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Rencana Bank Indonesia (BI) mendorong finansial inclusion berdampak positif ke efisiensi perbankan. Semakin banyak bank yang garap sektor ini, bunga kredit bisa lebih murah.

Pengamat perbankan Umar Juoro mengemukakan hal tersebut. Menurut dia, bila yang masuk program ini sedikit efisiensi tidak terjadi. "Program ini membutuhkan dana infrastruktur TI besar," ujar komisaris independen Bank Internasional Indonesia (BII) tersebut, Senin (23/7).

Umar menjelaskan, sistem perbankan Indonesia mengandung oligarki, karena kurang tingginya persaingan. Kondisi itu karena perbankan hanya menggarap nasabah yang sudah ada.

Bank senang karena dengan menggarap nasabah "seadanya" laba mereka tinggi. "Di Indonesia pertumbuhan sektor keuangan selalu berkorelasi positif dengan peningkatan ekonomi sehingga BI harus mendorong hal ini," tambahnya.

Untuk mensukseskan program ini, saran Umar, BI harus mengondisikan peningkatan jumlah tabungan. Dengan adanya simpanan di bank, masyarakat akan terintegrasi ke sistem perbankan. Saat ini BI sudah menjalankan program TabunganKU yang hingga Mei 2012 sudah mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) Rp 2,7 triliun.

Tahun 2011, BI pernah mensurvei mengenai akses masyarakat ke perbankan. Dari 4.095 responden, hanya 45,1% rumah tangga yang mendapat pinjaman dari lembaga keuangan. Dari jumlah itu, sebanyak 19,58% berupa kredit bank. Itupun didominasi rumah tangga golongan menengah ke atas.

Direktur Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, Mulya Effendi Siregar, mengatakan ada dua penekanan dalam program ini.

Pertama, edukasi masyarakat akan pentingnya sistem keuangan. "Semakin masyarakat melek pada layanan perbankan akan menekan bank memberikan layanan yang maksimal dan efisien," ujarnya.

Kedua, jaringan distribusi yang menjangkau masyarakat. Bagaimana menjangkau masyarakat, saat kantor cabang tidak cukup untuk menjangkau masyarakat tersebut. "Solusinya adalah menggandeng telekomunikasi. Namun masalahnya, supervisi menjalankan program ini, terutama terkait keamanan, karena ini menyangkut perlindungan konsumen," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×