Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
Kedua, pinjaman akan dibayar dengan skema bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan bulanan UKM tersebut. Jenfi akan mengambil sejumlah persentase kecil dari penjualan bulanan UKM peminjam secara bertahap sampai pinjaman berikut bunganya lunas sesuai rencana pembayaran yang disepakati dalam perjanjian.
Jeff bialng, tidak banyak perusahaan yang menyediakan solusi pembiayaan seperti ini di Asia Tenggara.
Ketiga, Jenfi memiliki nilai tambah berupa fitur analitis terotomasi yang dapat digunakan UKM untuk meningkatkan efisiensi penjualan online dan digital marketing mereka.
Contohnya, fitur ini nantinya dapat memberitahu UKM peminjam mengenai kesempatan untuk mengiklankan produknya pada Google Ads yang berpotensi meningkatkan penjualan mereka, dan Jenfi akan menawarkan pinjaman bagi UKM tersebut yang dananya khusus digunakan untuk mengiklankan produknya.
Menurut data Bank Indonesia (BI), sebanyak 87,5% UMKM terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah ini, sekitar 93,2 % terdampak negatif di sisi penjualan dan akibatnya memberi tekanan pada pendapatan, laba dan arus kas.
Jenfi menyadari industri UKM di Indonesia sangat terdampak oleh resesi ekonomi saat ini, padahal potensinya sangat besar khususnya ketika didukung oleh strategi transformasi digital dalam aktivitas penjualan, pemasaran serta supply chain.
Baca Juga: Akseleran jaga NPL pada level 0,08%
Hingga saat ini, Jenfi telah membantu pembiayaan lebih dari seratus UKM di Asia Tenggara yang meliputi model bisnis B2B dan layanan software di Singapura, Malaysia dan Vietnam, seperti antara lain, Tier One Entertainment, Pay With Split, and Homebase.
Menurut Jeff, model bisnis Jenfi telah sejalan dengan kearifan lokal, nilai sosial dan budaya di Indonesia yang dikenal dengan istilah “Gotong Royong. Dia meyakini, proses menuju ketahanan usaha dan kesejahteraan UKM di masa pandemi ini perlu dipikul bersama.
“Cukup sering ditemukan, layanan fintech lending bagi UKM akan menagih cicilan pinjaman dari UKM tanpa mempedulikan keuntungan atau kerugian mereka, pokoknya harus dibayar sesuai jadwal. Jika tidak bisa, maka dikenakan bunga keterlambatan dan jalan satu-satunya jika tetap macet adalah restrukturisasi. Kalau Jenfi menggunakan pendekatan yang berbeda, dengan rencana pelunasan pinjaman yang fleksibel dan turut mempertimbangkan kinerja penjualan, potensi pertumbuhan dan keuntungan UKM," tutup Jeff.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News