Reporter: Dyah Megasari, Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA/HONG KONG/SINGAPURA. Fitch Rating Indonesia melihat, kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 6,5% akan positif bagi industri perbankan. Meskipun, dalam waktu dekat, penyaluran kredit akan melambat.
Direktur Financial Institution Fitch Rating Indonesia Iwan Wisaksana mengulas, kenaikan BI rate akan mengerem pertumbuhan kredit, khususnya segmen konsumer yang tumbuh lebih cepat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan keinginan BI yang menginginkan bahwa bank tetap berhati-hati.
"Kami percaya bahwa risiko penyaluran kredit yang berlebihan bisa lebih besar daripada penurunan laba akibat kenaikan kredit macet," jelas Iwan, Senin (15/7).
Menurut Fitch, Indonesia merupakan salah satu dari lima negara di Asia dengan indikator makro prudential terbaik, khususnya dalam menyoroti dampak sistemik perbankan.
Perbankan Indonesia juga memiliki cadangan modal cukup tinggi sehingga bisa tetap menyediakan laba ditahan cukup besar.
Di sisi lain, bank sentral telah mengambil langkah hati-hati untuk melawan guncangan ekonomi makro seperti dari pembiayaan sektor konsumen. Tahun lalu, bank sentral telah menaikkan persyaratan uang muka untuk mobil dan sepeda motor serta pembiayaan perumahan untuk mendinginkan kredit.
"Kami berharap industri perbankan Indonesia tetap sehat, meski biaya suku bunga lebih tinggi dan pertumbuhan kredit lebih lambat serta keuntungan yang sedikit tergerus," lanjutnya.
Fitch yakin kebijakan memperketat aturan kredit pemilikan rumah dengan menaikkan suku bunga acuan BI akan memperketat pasar properti di tanah air. Sebab harga properti di 14 kota besar telah naik 4,8% (qoq) di kuartal I-2013.
Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2002 dan lebih tinggi di atas kenaikan rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar 1,2%(qoq).
Fitch juga menilai bank sentral di bawah kepemimpinan Agus Martowardojo ini cenderung berani dalam membuat kebijakan. Bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps selama dua bulan terakhir, terbesar sejak 2008.
"Kami percaya mungkin ada kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini, jika inflasi melebihi target 7,8%," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News