Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Syariah Mandiri (BSM) mengajak industri bank perkreditan rakyat syariah atau BPRS mencicipi manisnya bisnis pembiayaan emas. Tak tanggung-tanggung, anak usaha Bank Mandiri tersebut bahkan menawarkan menyediakan permodalan, peralatan operasional, hingga sumber daya insani yang handal.
Upaya ini tidak hanya untuk mendongkrak bisnis pembiayaan emas BSM yang masih lesu pasca rilisnya aturan Bank Indonesia (BI). Tetapi juga, memanfaatkan jaringan industri BPRS yang menjangkau daerah terpencil. “Termasuk guna menggenjot pertumbuhan bisnis industri BPRS itu sendiri,” ujar Hanawijaya, Direktur BSM.
Hanawijaya menjelaskan, skema ini persis dengan kerja sama yang dilakukan dengan PT Pos Indonesia (Persero). Mendatang, BSM tidak cuma menyalurkan pembiayaan emas dengan akad qardh alias gadai, melainkan juga dengan akad murabahah atawa jual beli. Namun, dua skema ini masih menunggu izin BI.
Menanggapi tawaran itu, Cahyo Kartiko, Ketua Asosiaso Bank Syariah Indonesia untuk urusan BPRS mengaku bersedia menyalurkan pembiayaan emas. Namun dengan catatan, BSM masih memberikan dukungan, baik modal maupun persiapan teknis. “Maklum, industri BPRS tidak berpengalaman di bidang pembiayaan emas. Tetapi, kami antusias,” terang dia.
Sebagai timbal balik, industri BPRS menawarkan jaringan yang luas. Hingga Oktober 2012, total pelaku industri mencapai 156 BPRS di seluruh Indonesia, dengan sumber daya insani sekitar 4.320 orang. Asal tahu saja, per 15 November 2012, BSM mencatat pembiayaan beragun emas sekitar Rp 800 miliar, melorot 72% ketimbang akhir 2011 lalu.
Salah satu strategi mendongkrak bisnis emas, perseroan bakal merilis produk murabahah emas di tahun ini. Sementara itu, pembiayaan industri BPRS per Oktober 2012 menembus Rp 3,46 triliun atau naik 32,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 2,78 atau tumbuh 41,4% ketimbang posisi sebelumnya, yakni Rp 1,96 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News