kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Gara-gara corona, hasil investasi asuransi jiwa minus Rp 47,05 triliun di kuartal I


Minggu, 28 Juni 2020 / 19:57 WIB
Gara-gara corona, hasil investasi asuransi jiwa minus Rp 47,05 triliun di kuartal I
ILUSTRASI. Ilustrasi polis asuransi jiwa Sequis Life.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto

"Aturan PSBB itu kan membuat hampir semua mesin perekonomian berhenti untuk berproduksi. Akibatnya pertumbuhan ekonomi jadi melambat," terangnya.

Namun Togar, tidak dapat memproyeksi berapa pertumbuhan hasil investasi industri sampai akhir tahun. Itu semua bergantung, dari kapan berakhirnya pandemi. Jika vaksin corona ditemukan, maka situasi akan membaik.

PT BNI Life Insurance menyiapkan strategi untuk perbaiki kinerja investasi pada kuartal III 2020. Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan, perusahaan akan mengurangi portofolio saham secara signifikan karena tingginya volatilitas harga saham.

"Kami akan menaikkan porsi government bond, dan melakukan trading secara aktif pada instrumen obligasi pemerintah," ungkapnya.

Selain itu, BNI Life juga menaikkan porsi likuiditas untuk mengantisipasi turunnya premi dan naiknya klaim di masa mendatang.

Baca Juga: Perusahaan asuransi jiwa sambut positif penjualan unitlink secara digital

Seperti diketahui, pada kuartal I 2020, hasil investasi BNI Life minus Rp 936,37 miliar. Mayoritas investasi perusahaan ke instrumen reksadana, surat berharga negara dan obligasi korporasi.

Menurutnya, penurunan utama disebabkan, portofolio unitlink yang didominasi saham sesui pilihan nasabah. Selain itu, portofolio non link yang didominasi obligasi dan reksadana berbasis Obligasi juga terkoreksi.

"Pada Maret 2020 terjadi koreksi yang cukup dalam atas harga mark to market obligasi. Tapi pada bulan April dan Mei sudah rebound cukup signifikan terutama pada instrumen obligasi, demikian juga pada bulan Juni," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×