Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja hasil investasi industri asuransi jiwa turun tajam akibat sentimen pandemi corona (Covid-19) yang berimbas pada anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, hingga kuartal I 2020, hasil investasi industri asuransi jiwa tumbuh negatif 450,8% menjadi minus Rp 47,05 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni di posisi Rp 13,41 triliun.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menyebut, sentimen corona mempengaruhi kinerja investasi pemain asuransi jiwa yang banyak berinvestasi ke saham dan reksadana saham. Akibatnya, hasil investasi mereka ikut tertekan.
Baca Juga: Gara-gara corona, industri asuransi jiwa terkena dampaknya
"Namun perlu diingat, bahwa industri asuransi jiwa bersifat jangka panjang. Jadi, situasi jangka pendek saat ini tidak bisa dijadikan gambaran investasi industri dalam jangka panjang," kata Togar, Jumat (26/6).
Yang jelas, kata dia, selama instrumen investasi tersebut tidak dijual, maka kerugian investasi yang terjadi hanya dalam pencatatan laporan keuangan.
Untuk mengantisipasi kerugian lebih besar, perusahaan asuransi jiwa diminta rajin melakukan switching atau pengalihan ke instrumen investasi yang masih tumbuh. Salah satunya ke deposito, walau bunganya rendah.
Ia memperkirakan, hasil investasi industri pada kuartal berikutnya juga turun. Sebab, aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) baru saja diterbitkan pada waktu itu.
"Aturan PSBB itu kan membuat hampir semua mesin perekonomian berhenti untuk berproduksi. Akibatnya pertumbuhan ekonomi jadi melambat," terangnya.
Namun Togar, tidak dapat memproyeksi berapa pertumbuhan hasil investasi industri sampai akhir tahun. Itu semua bergantung, dari kapan berakhirnya pandemi. Jika vaksin corona ditemukan, maka situasi akan membaik.
PT BNI Life Insurance menyiapkan strategi untuk perbaiki kinerja investasi pada kuartal III 2020. Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan mengatakan, perusahaan akan mengurangi portofolio saham secara signifikan karena tingginya volatilitas harga saham.
"Kami akan menaikkan porsi government bond, dan melakukan trading secara aktif pada instrumen obligasi pemerintah," ungkapnya.
Selain itu, BNI Life juga menaikkan porsi likuiditas untuk mengantisipasi turunnya premi dan naiknya klaim di masa mendatang.
Baca Juga: Perusahaan asuransi jiwa sambut positif penjualan unitlink secara digital
Seperti diketahui, pada kuartal I 2020, hasil investasi BNI Life minus Rp 936,37 miliar. Mayoritas investasi perusahaan ke instrumen reksadana, surat berharga negara dan obligasi korporasi.
Menurutnya, penurunan utama disebabkan, portofolio unitlink yang didominasi saham sesui pilihan nasabah. Selain itu, portofolio non link yang didominasi obligasi dan reksadana berbasis Obligasi juga terkoreksi.
"Pada Maret 2020 terjadi koreksi yang cukup dalam atas harga mark to market obligasi. Tapi pada bulan April dan Mei sudah rebound cukup signifikan terutama pada instrumen obligasi, demikian juga pada bulan Juni," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News