kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   11.000   0,75%
  • USD/IDR 15.490   -65,00   -0,42%
  • IDX 7.496   -47,74   -0,63%
  • KOMPAS100 1.161   -10,37   -0,89%
  • LQ45 930   -7,66   -0,82%
  • ISSI 225   -1,75   -0,77%
  • IDX30 479   -4,07   -0,84%
  • IDXHIDIV20 576   -4,59   -0,79%
  • IDX80 132   -1,10   -0,82%
  • IDXV30 142   -0,97   -0,68%
  • IDXQ30 160   -1,14   -0,70%

Generali Indonesia Catat Nominal Klaim Penyakit Kritis Naik 34,16% pada 2023


Senin, 05 Februari 2024 / 16:43 WIB
Generali Indonesia Catat Nominal Klaim Penyakit Kritis Naik 34,16% pada 2023
ILUSTRASI. Meningkatnya penyakit kritis di Indonesia berdampak terhadap naiknya klaim penyakit kritis PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia../pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/25/01/2023.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka kejadian penyakit kritis di Indonesia makin meningkat. Menurut data terbaru BPJS Kesehatan tahun ini, ada 8 penyakit yang paling menghabiskan biaya hingga puluhan triliun yang juga mencakup penyakit kritis, yakni jantung, kanker, stroke, gagal ginjal, hemofilia, thalassemia, leukemia, dan sirosis hati.

Ternyata meningkatnya penyakit kritis di Indonesia juga berdampak terhadap naiknya klaim penyakit kritis PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia). Berdasarkan tren klaim Generali Indonesia, CEO Generali Indonesia Edy Tuhirman menerangkan klaim penyakit kritis pada 2023 mengalami peningkatan sebesar 32,35% dari sisi jumlah kasus dan sebesar 34,16% dari sisi nominal klaim. 

"Beberapa jenis penyakit kritis dengan kasus terbanyak adalah kanker payudara, gagal ginjal kronis, sumbatan pembuluh darah jantung, serangan jantung, serta stroke," ucapnya dalam keterangan resmi, Senin (5/2).

Baca Juga: Klaim Asuransi Kesehatan Diproyeksi Terus Meningkat Tahun Ini

Edy menjelaskan penyakit kritis memang membutuhkan perawatan intensif dan jangka panjang serta biaya yang tidak sedikit. 

Dia memaparkan, studi biaya kanker di wilayah ASEAN mengungkapkan bahwa terdapat insiden keuangan bagi pasien kanker setelah 12 bulan, yang mana pengeluaran perawatan kesehatan sudah melebihi 30% dari pendapatan rumah tangga. 

"Oleh karena itu, asuransi terhadap penyakit kritis merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Saat ini, kebanyakan produk asuransi yang beredar di pasaran berfokus pada jumlah penyakit kritis tertentu, sedangkan jumlah dari penyakit terus berubah dan bertambah seiring dengan waktu," katanya.

Edi pun mengatakan perubahan pada produk asuransi penyakit kritis harus selaras dengan perkembangan penyakit dan dunia medis, sehingga sesuai dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. 

"Tentunya, makin luas dan lengkap proteksi penyakit kritis, akan makin memberikan ketenangan, sehingga saat harus menghadapi penyakit tersebut bisa fokus pada penyembuhan, tanpa perlu khawatir terkait biaya," ujar Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×