Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) membuka kemungkinan adanya aksi korporasi pembelian kembali saham atau buyback. Opsi tersebut muncul ketika bank berlogo pita emas ini mengalami koreksi harga saham selama sepekan terakhir.
Berdasarkan data RTI, harga BMRI ditutup pada harga Rp 6.150 per saham saat penutupan perdagangan bursa akhir pekan lalu. Itu artinya, BMRI terkoreksi hampir sekitar 11,51% selama sepekan terakhir.
Head of Investor Relations Bank Mandiri Laurensius Teiseran pun mengungkapkan bahwa saat ini ada pembicaraan opsi untuk melakukan buyback saham. Namun, itu belum menjadi sebuah keputusan final.
“Jika ditanya sekarang, belum ada rencana.” ujar Lauren dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (4/5).
Baca Juga: Tekanan Jual Saham Emiten Bank Masih Besar
Ia menggambarkan diskusi internal terkait aksi buyback ini sudah berada di atas meja. Namun, dirinya tak ingin menjanjikan apakah nantinya benar bank berlogo pita emas ini akan melakukan buyback.
“Bank Mandiri itu konservatif dan kita gak mau janjikan tapi nanti malah tidak kejadian, kita lebih pilih diam dulu,” ujar Lauren.
Di sisi lain, Ia juga menambahkan bahwa saat ini pihaknya ingin mengejar kapitalisasi pasar yang dimiliki BMRI. Di mana, saat ini Bank Mandiri masih memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 574 triliun, jauh tertinggal dari dua bank lainnya BRI dan BCA.
Lauren bilang meski saat ini kapitalisasi pasar yang dimiliki Bank Mandiri belum mampu unggul, namun setidaknya sudah mendekati. Ia melihat dulu jarak kapitalisasi pasar BMRI masih tertinggal hampir 60% namun saat ini bisa mencapai di bawah 20%.
“Kami harus akui mereka itu bank-bank hebat dan kami senang ada kompetisi yang sehat,” ujarnya.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten Perbankan di Tengah Potensi Penurunan Lanjutan
Lebih lanjut, Lauren mengungkapkan fokus BMRI saat ini tidak hanya mendekati kapitalisasi pasar dengan perbankan di domestik. Melainkan, berharap bisa mendekati kapitalisasi pasar di industri perbankan secara global.