kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Cermati Rekomendasi Saham Emiten Perbankan di Tengah Potensi Penurunan Lanjutan


Jumat, 03 Mei 2024 / 07:29 WIB
Cermati Rekomendasi Saham Emiten Perbankan di Tengah Potensi Penurunan Lanjutan
ILUSTRASI. Rekomendasi saham emiten sektor perbankan di tengah koreksi harga saham


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan kembali kompak mengalami penurunan saham pada penutupan perdagangan (2/5). Adapun, potensi lanjutan koreksi harga saham yang lebih dalam pun tetap terbuka lebar.

Berdasarkan data RTI, sepuluh emiten perbankan dengan kapitalisasi terbesar kompak terkoreksi. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi emiten perbankan dengan penurunan terbesar.

BMRI tercatat mengalami koreksi hingga 8,33% dengan harga di level Rp 6.325 per saham. Koreksi tersebut merupakan yang terdalam jika dilihat dalam periode sebulan terakhir.

Adapun, penurunan pada saham BMRI ini terjadi pasca bank berlogo pita emas ini melaporkan hasil kinerja keuangannya selama kuartal I-2024. Di mana, BMRI hanya mencatatkan kenaikan laba 1,13% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 12,7 triliun.

Namun, BMRI sejatinya memiliki catatan positif dari sisi penyaluran kredit di periode yang sama. Sebab, BMRI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit hingga 19,1% YoY, menjadi yang tertinggi di kalangan bank-bank KBMI 4.

Baca Juga: Pendapatan Komisi Bank Besar dari Transaksi Digital Terus Membesar

Contoh lain, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengalami koreksi harga saham 8% di perdagangan hari ini menjadi Rp 4.830 per saham. Laba bersih BBNI pun masih dapat tumbuh meski mini yaitu 2% menjadi Rp 5,32 triliun.

Hanya saja, kualitas kredit yang dimiliki BBNI pun mengalami perbaikan di tiga bulan pertama 2024 ini. Hal tersebut tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) Gross yang turun 80 basis poin (bps) menjadi 2%, di saat beberapa bank KBMI 4 mengalami kenaikan NPL.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga tercatat koreksi 3,64% dan menjadi bank dengan kapitalisasi besar yang terkoreksi paling dalam sejak awal tahun. Bank yang dekat dengan wong cilik ini harus mengalami koreksi saham hingga 16,86% year to date (ytd) menjadi Rp 4.760 per saham.

Sampai-sampai, BBRI harus memutuskan untuk melakukan buyback saham perseroan. Langkah ini diambil untuk menunjukkan keyakinan bahwa kondisi pasar lebih baik dari yang dipersepsikan pasar.

Padahal, BBRI tetap membukukan pertumbuhan laba yang positif sekitar 2,5% YoY menjadi Rp 15,88 triliun. Penyaluran kreditnya pun juga mengalami peningkatan 10,9% dengan kredit UMKM tetap mendominasi.

Direktur Utama BBNI Royke Tumilaar pun berpendapat naik atau turunnya saham merupakan reaksi pasar atas kondisi global market saat ini. Di mana, investor sedang menurunkan profil risiko investasi dan bertahap beralih ke instrumen safe haven

Royke melihat secara umum fundamental sektor perbankan masih bagus dengan laba yang tetap tumbuh positif. Di sisi lain, kredit tumbuh baik jika dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya.

”Kami dari manajemen BNI berfokus pada optimalisasi kinerja perusahaan dengan prudent,” ujar Royke kepada KONTAN.

Baca Juga: Pasca Paparan Kinerja, Saham-Saham Bank Big Caps Kompak Turun

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai potensi penurunan saham perbankan ini bisa saja berlanjut. Menurutnya, saham perbankan biasanya terkoreksi paling dalam yaitu 20% hingga 25% dari harga tertinggi baru akan mengalami rebound.

Adapun, saat ini baru BBRI yang sudah turun melebihi hitungan koreksi tersebut dari harga tertingginya. Sebagai informasi, harga tertinggi saham BBRI saat ini mencapai level Rp 6.450 per saham.

”Kecuali memang kondisi fundamental atau ekonomi memburuk di luar estimasi, sejauh ini outlook masih oke,” ujar Pandhu.

Pandhu menilai tren penurunan yang terjadi saat ini masih dalam kondisi profit taking biasa. Lebih lanjut, ia melihat ini merupakan siklus tahunan setelah momentum dividen dan pengumuman kinerja kuartal I-2024.

Ia bilang biasanya dalam momentum seperti ini, manajer investasi melakukan rebalancing. Terutama saham-saham yang bobot di portofolio mereka sudah lumayan besar.

”Saat ini lebih baik koleksi saham-saham bank big caps saja, untuk saham bank yang bukan big caps bisa sabar dulu sampai kondisi ekonomi membaik,” ujarnya.

 

Dari sisi teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat saham-saham di indeks sektor keuangan masih berada pada fase downtrend, Ini terlihat dari beberapa indikator, seperti MACD dan Stochastic belum menunjukan adanya tanda-tanda pembalikan arah.

”Kami perkirakan indeks IDX Financial masih rawan melanjutkan koreksinya untuk menguji level 1356 hingga 1379,” ujar Herditya.

Secara rinci, ia menyebutkan untuk saham BMRI arah koreksinya di kisaran Rp 6.125 hingga Rp 6.225; BBRI di kisaran Rp 4.550 hingga Rp 4.560; BBNI di kisaran Rp 4.550 hingga 4.560; dan terakhir BBCA di kisaran Rp 9.350 hingga Rp 9.550.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×