Reporter: Feri Kristianto |
JAKARTA. Industri asuransi jiwa mendapat hiburan pada kuartal ketiga tahun ini. Saat melambatnya premi baru produk asuransi berbalut investasi alias unitlink, hasil investasi justru bertumbuh hingga 217%, menjadi Rp 13,3 triliun daripada periode sama sebelumnya Rp 4,20 triliun. Melesatnya pertumbuhan investasi karena kinerja positif pasar modal di tanah air.
Membaiknya hasil investasi meningkatkan jumlah pendapatan industri asuransi jiwa menjadi Rp 90,8 triliun, tumbuh 24% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 73,5 triliun. Selain itu, jumlah aset industri asuransi jiwa terdongkrak 21,9% menjadi Rp 254,2 triliun.
Menurut Albertus Wiroyo, Ketua Bidang Keanggotaan dan Komunikasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), melonjaknya hasil investasi karena keberhasilan industri menata portofolio dan menganalisis pasar. Selain itu, dana investasi juga semakin besar, tumbuh 21,6% menjadi
Rp 219,7 triliun.
Untuk mengamankan hasil investasi, pelaku industri asuransi jiwa memperbanyak penempatan dana di obligasi dan medium term notes (MTN), serta surat berharga negara (SBN). Pelaku industri juga memperbanyak penempatan dana melalui manajemen investasi, khususnya di produk reksadana (lihat tabel). Lalu, produk investasi yang memberi imbal hasil minim, seperti di deposito, dikurangi.
Nah, di akhir periode kuartal tiga tahun ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) menunjukkan tren positif tumbuh 5,4% dari awal tahun. "Perbaikan kondisi pasar modal inilah yang memberikan keuntungan signifikan bagi industri asuransi nasional," ujarnya, akhir pekan lalu.
Hanya saja, saat IHSG melonjak, simpanan di saham malah berkurang. Soalnya, pelaku industri enggan mengambil risiko yang besar dari naik turunnya saham. "Strategi investasi ini juga terkait dengan semakin maraknya produk asuransi jiwa tradisional dibandingkan unitlink," tambah Albertus.
Biasanya, produk asuransi jiwa tradisional menjanjikan keuntungan tetap sejak awal kontrak. Hal ini mendorong pertumbuhan investasi di portofolio penghasil pendapatan tetap seperti obligasi korporasi dan surat utang negara.
Sebagai catatan, premi baru asuransi jiwa tradisional pada periode kuartal III-2012 tumbuh 24,8% menjadi Rp 27,6 triliun. Sementara, premi baru unitlink malah melorot 4% menjadi Rp 23,7 triliun.
Mengamankan hasil
Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI menambahkan, akhir tahun portofolio penempatan investasi belum banyak mengalami perubahan. Para pelaku masih akan menempatkan dana mereka di obligasi karena dipandang lebih aman dibandingkan keranjang lain. "Dengan strategi ini, hasil investasi masih bisa tumbuh lagi," ujarnya.
Namun jika pasar modal semakin membaik, kemungkinan besar pelaku akan menempatkan kembali dana mereka di instrumen saham dan reksadana. "Ini bagian strategi mengamankan investasi. Tapi melihat kondisi pasar modal positif seperti sekarang bisa saja tahun depan porsinya berubah lagi," ungkap Hendrisman.
Sebenarnya, analis di pasar modal masih optimistis dengan kinerja saham pada tahun ini. IHSG bisa menembus di level 4.400 hingga akhir tahun akhir nanti, karena faktor ekonomi makro yang positif. Kondisi ini seharusnya bisa mendorong para pelaku pasar menempatkan dana mereka di pasar saham agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih optimal. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News