kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hasil investasi asuransi jiwa tahun lalu turun 44%


Minggu, 11 Maret 2012 / 19:01 WIB
Hasil investasi asuransi jiwa tahun lalu turun 44%
ILUSTRASI. Personel keamanan AS berjaga saat upacara penyerahan pesawat A-29 Super Tucano dari AS kepada pasukan Afghanistan, di Kabul, Afganistan 17 Sep 2020.


Reporter: Feri Kristianto | Editor: Test Test

JAKARTA. Industri asuransi jiwa perlu berhati-hati menempatkan dana investasi mereka tahun ini. Mengacu data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) sebelum diaduit, pada 2011 hasil investasi asuransi jiwa turun 43,89% menjadi Rp 13,42 triliun, dari tahun sebelumnya Rp 23,92 triliun.

Akibat penurunan ini, pendapatan total industri asuransi jiwa nasional hanya tumbuh 7,99% menjadi Rp 110,61 triliun, dari tahun sebelumnya Rp 102,43 triliun. Padahal andai saja hasil investasi bertambah, pendapatan industri asuransi jiwa bisa lebih besar.

Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim menjelaskan, imbal hasil merosot karena pengaruh dampak krisis global. “Karena pengaruh krisis Eropa dan AS, walau nilai investasi naik, tetapi hasilnya tidak setinggi tahun sebelumnya,” tukas Hendrisman, akhir pekan lalu.

Tahun lalu, total dana yang diinvestasikan industri asuransi jiwa Rp 197,541 triliun atau tumbuh 25,55% dari tahun sebelumnya Rp 157,34 triliun. Nah, sekitar Rp 149,22 triliun 75,49% ditempatkan di instrumen pasar modal seperti saham, obligasi, Surat Utang Negara (SUN) dan reksadana.

Namun, meski hasil investasi menyusut, industri asuransi jiwa masih dinaungi Dewi Fortuna. Pasalnya, di saat bersamaan, aset menunjukkan pertumbuhan sebesar 28,88% menjadi Rp 225,25 triliun dari sebelumnya Rp 174,77 triliun. Peningkatan aset ditopang pertumbuhan premi 24,28% menjadi Rp 94,43 triliun.

Hendrisman bilang, tahun ini dia tetap optimistis investasi asuransi jiwa akan membaik. Hanya portofolio investasi agak sedikit bergeser. Reksadana akan lebih dipilih karena relatif aman dibanding instrumen lain. “Apalagi deposito tentu tidak menarik setelah bunga yang ditawarkan perbankan cenderung turun mengikuti suku bunga acuan (BI Rate),” tandas Hendrisman.

Karena itu, Hendrisman yakin target pertumbuhan asuransi di kisaran 25%-30% bisa tercapai. Alasannya, jumlah pemain asuransi bertambah dari tahun ke tahun. Bahkan sudah banyak pelaku asuransi asing melirik pasar Indonesia.

Hanya saja untuk mencapai target total aset industri jiwa menjadi Rp 500 triliun pada akhir 2015 mendatang lebih berat. “Apalagi kalau hanya secara industri tumbuh di kisaran 30%, apalagi di bawah itu,” ujar Hendrisman.

Benny Waworuntu Direktur Eksekutif AAJI menambahkan, goncang-ganjing pasar modal tahun lalu bukan pertama kalinya dihadapi industri asuransi jiwa. Pada tahun 2003 dan 2008 dulu mereka juga pernah kena dampak. "Kami tidak menaruh perhatian luar biasa pada kasus tahun lalu, tapi tahun ini mesti tetap hati-hati," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×