Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring dengan permintaan kredit kendaraan bermotor (KKB) yang masih tumbuh melambat, kualitas kredit di sektor ini juga perlu diwaspadai. Sebab, rasio kredit bermasalah (NPL) kian membengkak sejak awal tahun 2024.
Per Mei 2024, Bank Indonesia mencatat, NPL pada sektor KKB berada di level 2,25% naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,15%, maupun dari Maret yang berada di level 2,06%.
Adapun kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) tumbuh melambat. Pada Mei 2024, KKB tumbuh sebesar 9,56% (yoy), melambat dari bulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh hingga 18,14% (yoy), maupun dari bulan Desember 2023 sebesar 13,34% (yoy).
Baca Juga: Mobil dan Motor Wajib Asuransi Tahun Depan, Pengamat Samakan Dengan Tapera
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menilai, perlambatan pertumbuhan KKB antara lain disebabkan penguatan USD dan tingginya suku bunga global yang pada akhirnya membuat harga mobil meningkat (khususnya kendaraan completely built up (CBU) dan completely knock down (CKD) maupun produk otomotif dengan kandungan impor yang cukup besar) serta adanya "indikasi" penurunan daya beli masyarakat khususnya pada segmen menengah bawah.
"Peningkatan suku bunga acuan (BI rate) relatif tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan suku bunga kredit perbankan, sebagaimana terlihat dari suku bunga rerata kredit yang masih stabil, termasuk suku bunga KKB yang hanya meningkat di kisaran 0,1% dalam setahun terakhir," kata Dian kepada kontan.co.id, Jumat (26/7).
Namun demikian, Dian menjelaskan, peningkatan suku bunga secara global yang diiringi dengan peningkatan harga memberikan dampak efek psikologis ke masyarakat sehingga menurunkan permintaan kredit utamanya kredit konsumtif.
Baca Juga: Motor dan Mobil Wajib Asuransi TPL Per Januari 2025, Ini Penjelasan OJK
Selain itu, pengetatan likuiditas global juga memengaruhi kebijakan bank dalam menyalurkan kredit sehingga bank cenderung lebih berhati-hati dalam pemberian kredit.
"Walau demikian, perbankan masih optimis terhadap prospek penyaluran KKB ke depan dan meyakini bahwa kualitas kredit KKB dapat terjaga," ucapnya.
Dian menjelaskan, untuk menjaga kualitas kredit, bank selalu mengedepankan tata kelola yang baik, prinsip kehati-hatian, dan penguatan manajemen risiko mulai dari inisiasi pemberian kredit sampai dengan pemantauan terhadap pembayaran debitur yang antara lain dapat dilakukan melalui penguatan assessment kredit, penilaian peringkat risiko debitur, penguatan pengawasan dan monitoring debitur.
PT Bank Danamon Indonesia Tbk juga berupaya untuk tetap menjaga tingkat NPL berada di tingkat yang sehat sesuai dengan ketentuan dari OJK, dan sejalan dengan strategi perusahaan untuk meraih profitabilitas yang berkelanjutan.
Baca Juga: Perluas Layanan, Bank Ina Buka Kantor Cabang di Bogor
Ivan Jaya, Consumer Funding & Wealth Business Head bank Danamon mengatakan, bank Danamon bersama Adira Finance tetap mampu untuk menjaga tingkat NPL di level yang sehat di kisaran rasio 1,5% - 2,0% hingga saat ini, jauh di bawah batas atas rasio NPL gross yang ditentukan OJK yaitu 5%.
"Hal ini ditopang oleh proses seleksi kredit yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian serta strategi untuk menargetkan segmen nasabah yang memiliki catatan kredit (credit score) yang baik," ungkap Ivan.
Hingga Juni 2024, KPM Prima juga telah mencatat kenaikan pada disbursement atau volume kredit sebesar lebih dari 60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan kinerja tersebut terus meningkat menjadi sekitar 30% dibandingkan bulan sebelumnya.
Dalam menyalurkan KKB, Danamon disebut Ivan senantiasa berpegang pada prinsip kehati-hatian melalui penerapan manajemen risiko yang disiplin dengan menitikberatkan pada penyaluran kredit pada nasabah-nasabah yang memiliki rekam jejak yang baik.
"Danamon sendiri sebagai bagian dari grup finansial global MUFG juga terus menerapkan berbagai strategi melalui pendekatan berbasis ekosistem untuk menarik engaged customer melalui kemitraan dengan MUFG dan Adira Finance," katanya.
Teddy Kurniawan, Pimpinan Divisi Kredit Retail PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Sumsel Babel) juga bilang, NPL KKB perseroan masih terjaga di bawah 5%. Hingga akhir tahun pihaknya juga akan tetap menjaga agar NPL KKB berada di bawah 5%.
"Untuk kualitas kredit masih terjaga karena dalam 6 bulan terakhir ini tidak terdapat peningkatan NPL," ujar Teddy.
Adapun untuk perkembangan kredit KKB di Bank Sumsel Babel dari awal Januari sampai dengan Juli 2024 mengalami peningkatan 10% atau sebesar Rp 893 juta menjadi Rp 9,37 miliar pada pertengahan Juli 2024 atau meningkat 18% dari Juli 2023.
Baca Juga: Proyeksi Kredit Bank CIMB Niaga 6%-7%
Teddy menerangkan, dalam menjaga kualitas kredit KKB, bank BSB berupaya melakukan monitoring dan penagihan rutin terhadap debitur yang mulai terlambat dalam melakukan pembayaran angsuran. Selain itu, meningkatkan ekspansi Kredit KKB dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
Sementara itu, Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman bilang pihaknya terus menjaga dan mempertahankan kualitas kesehatan portofolio, dengan berbagai strategi, di antaranya adalah pemutakhiran sistem scoring dalam menentukan dan memastikan kualitas nasabah yang disetujui adalah yang mempunyai tingkat resiko terkendali.
"CNAF juga aktif dalam mengingatkan debitur terkait pembayaran angsuran lebih awal melalui fasilitas WhatsApp dan telephone dan saat ini CNAF sedang mengembangkan tekhnologi telephone mempergunakan suara robot serta memperkuat proses KYC nasabah," kata Ristiawan.
CNAF juga akan menambah channel dan metode pembayaran angsuran agar akses pembayaran angsuran menjadi lebih mudah terjangkau di masyarakat.
Sampai dengan bulan Juni 2024, posisi NPF CNAF berada di angka 1,42% membaik 0,05% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,47%.
Baca Juga: Bank Sumsel Babel (BSB) Telah Lampaui Batas Minimum Modal Inti Unit Syariah
Sedangkan apabila NPF Juni 2024 dibandingkan dengan bulan Mei 2024, NPF CNAF bulan Juni 2024 mengalami penurunan performance sebesar 9 Bps dibandingkan dengan NPF CNAF bulan Mei 2024 sebesar 1,33%.
Ristiawan menyebut, pembengkakan NPF di Juni dari bulan Mei ini disebabkan kondisi makro ekonomi yang mengalami kontraksi, terlihat dari kenaikan inflasi serta BI Rate sehingga berdampak pada tertundanya pembayaran angsuran, kendati demikian menurutnya NPF CNAF saat ini masih lebih baik dari rata-rata industri multifinance dimana dari data OJK mencatatkan NPF bulan April 2024 sebesar 2,8%.
"CNAF optimis dapat menutup tahun 2024 dengan angka NPF total di bawah 1%," ucapnya.
Adapun sampai dengan bulan Juni 2024, penyaluran pembiayaan baru di CNAF mencapai Rp 4,62 triliun atau meningkat 20% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,84 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News