kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hindari NPL, bank batasi kredit pertambangan


Senin, 29 September 2014 / 15:56 WIB
Hindari NPL, bank batasi kredit pertambangan
ILUSTRASI. Logo Bank Mandiri. REUTERS/Beawiharta/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD SEARCH GLOBAL BUSINESS 17 JULY FOR ALL IMAGES


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Perbankan mulai memperlambat laju kredit untuk menahan risiko kredit bermasalah pada empat sektor kredit. Ke empat sektor itu yakni konstruksi, pertambangan, perdagangan dan jasa sosial. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di empat sektor tersebut dinilai mulai mengkhawatirkan, yakni sudah berada di level 3% - 4%. 

Roy A. Arfandy, Presiden Direktur Bank Permata, mengatakan, pihaknya menyiapkan strategi untuk menghindari kredit macet di sektor pertambangan, seperti sangat selektif dalam membiayai debitur-debitur yang membutuhkan pembiayaan kredit pertambangan. “Kredit macet sektor pertambangan ada kenaikan sedikit,” kata Roy, akhir pekan.

Nah, untuk menjaga pertumbuhan kredit, Bank Permata akan mengincar sektor industri lain untuk menyalurkan pinjaman, sektor yang dipilih harus relatif tahan terhadap goncangan ekonomi. Kemudian, perusahaan tetap memonitor secara aktif eksposur kredit, sehingga tidak terjadi kenaikan NPL yang signifikan pada sektor lain.

Roy menambahkan, tiga sektor lainnya kecuali pertambangan tidak mengalami kenaikan kredit bermasalah, karena sudah dimitigasi sejak tahun lalu. Adapun, bank milik Astra Internasional dan Standard Chartered ini menargetkan rasio NPL gross rata-rata terjaga pada level 1,4% - 1,5% di akhir tahun 2014, dari posisi 1,45% per September 2014.

Dahlia Mansor Ariotedjo, Direktur Korporasi Bank Central Asia (BCA), menuturkan, pihaknya akan sangat selektif memberikan pembiayaan kredit ke sektor pertambangan. Misalnya, BCA tidak memberikan pinjaman kepada perusahaan pertambangan yang hanya mengangkut batubara dengan kapal tongkang.

“Dalam kondisi sekarang perusahaan kapal ini juga sempat sulit membayar pinjaman,” jelasnya. Nah, jika perusahaan jenis ini sudah mengalami kredit bermasalah, maka BCA akan melakukan konstruksi pinjaman dengan memperpanjang jangka waktu pinjaman dari rata-rata pinjaman selama dua tahun, sehingga harapannya mereka lebih ringan dalam melakukan cicilan kredit.

Lanjutnya, BCA hanya akan membiayai kredit pertambangan untuk debitur-debitur lama BCA yang memiliki rekam jejak bagus, meskipun ada beberapa debitur lama yang tengah mengalami kenaikan kredit macet, tapi jumlahnya tidak besar. Sedangkan untuk sektor lainnya, seperti konstruksi belum ada kenaikan NPL. “Sejaun ini, kami akan menjaga rasio NPL di bawah 1% sampai akhir tahun,” tambahnya.

Seperti diketahui, BI mencatat pada Juli 2014, NPL sektor konstruksi sebesar 4,43% atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,24%. Sedangkan pada sektor pertambangan NPL tercatat sebesar 3,09%, naik dari bulan sebelumnya 2,49%. Lalu sektor perdagangan mencatat NPL 3,06% dari 2,92%, dan jasa sosial 2,96% dari 2,48% pada bulan sebelumnya.

Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI, mengharapkan, bank membatasi penyaluran kredit pada sektor tersebut, serta akan datangnya program ekonomi yang baru akan membuat perbaikan kualitas kredit pada empat sektor tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×