Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) terus meneliti kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada empat sektor. Seperti konstruksi, pertambangan, perdagangan dan jasa sosial.
Halim Alamsyah, Deputi Gubernur BI mengatakan, kenaikan NPL itu terjadi pada bank-bank kelompok kecil. “Kelompok bank BUKU 1 dan BUKU 2 mencatat kenaikan NPL tinggi pada empat sektor tersebut,” kata Halim, di Gedung DPR RI, Senin (15/9).
Namun BI memproyeksikan akan ada perbaikan kredit bermasalah pada semester II/2014 ini. Kecuali untuk segmen tertentu yang lebih panjang proses perbaikannya.
Halim menambahkan, hasil penelitian BI, kenaikan NPL tersebut lebih disebabkan karena kondisi ekonomi domestik dan luar negeri yang terus menurun. Selain itu, juga ada dampak dari pengetatan anggaran pemerintah yang mengakibatkan beberapa proyek-proyek yang dikerjakan oleh swasta terhambat.
"Mudah-mudahan dengan program ekonomi yang baru semestinya akan lebih cepat, akan ada perbaikan kualitas kredit,” tambah Halim.
Sebelumnya, BI mencatat pada Juli 2014, NPL sektor konstruksi sebesar 4,43% atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4,24%. Sedangkan pada sektor pertambangan NPL tercatat sebesar 3,09%, naik dari bulan sebelumnya 2,49%. Lalu sektor perdagangan mencatat NPL 3,06% dari 2,92%, dan jasa sosial 2,96% dari 2,48% pada bulan sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News