kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hingga November tahun lalu NPF modal ventura melorot menjadi 4,83%


Senin, 21 Januari 2019 / 19:20 WIB
Hingga November tahun lalu NPF modal ventura melorot menjadi 4,83%


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per November 2018, non performing financing (NPF) industri modal ventura mengalami penurunan. Yakni menjadi 4,83% dari 6,89% pada posisi November 2017.

Menurut Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri Sirait, pendorong penurunan NPF ini adalah adanya kenaikan penyertaan modal ventura. Data OJK memang menunjukkan, total penyertaan modal ventura naik 22,8% secara year on year menjadi Rp 8,24 triliun.

Jefri mengatakan, penyertaaan modal ventura ini banyak yang digelontorkan ke sektor-sektor produktif. OJK mencatat, penyertaan modal pada sektor perindustrian naik sebesar 37,5% dari Rp 533 miliar per November 2017 menjadi Rp 733 miliar hingga November tahun lalu.

"Penyertaan modal ventura ke sektor produktif membuat kualitas penyertaan turut membaik karena ada nilai tambah dari proses industri tersebut," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (21/1).

Faktor pendorong kedua dari penurunan NPF ini adalah perusahaan-perusahaan modal ventura menjalankan fungsi edukasi dan pendampingan usaha ke pasangan usahanya (investee). Hal ini dilakukan supaya para pasangan usaha dapat meningkatkan kapasitas bisnisnya.

“Kami juga meningkatkan kontrol penggunaan dana ini, apakah benar-benar digunakan untuk pembiayaan yang memang sesuai pada saat pengajuan,” ucap dia.

Menurut Jefri, di tahun ini sektor perindustrian seperti otomotif, makanan dan minuman, serta kimia dasar masih menjadi sektor yang didorong untuk tumbuh. Sebab sesuai dengan kebutuhan masyarakat. “Apalagi ada dorongan ekspor dari pemerintah. Ini juga akan jadi lebih baik," kata dia.

Sektor lain yang masih diprediksi bakal tumbuh adalah perdagangan, restoran, dan hotel. OJK mencatat, sektor ini tumbuh sebesar 18,82% secara yoy menjadi Rp 3,63 triliun sampai November 2018.

Menurut dia, sektor ini akan terus membaik seiring dengan peningkatan infrastruktur, gaya hidup, serta adanya sepuluh destinasi wisata baru yang menjadi prioritas pengembangan pemerintah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×