Reporter: Ahmad Ghifari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tengah gencar meningkatkan jumlah hasil investasi tahun ini. Mulai awal tahun perusahaan asuransi sosial ini telah menyiapkan strategi agar kinerja investasi membaik.
Hal ini terlihat realisasi hasil investasi menunjukkan angka positif. Deputi Direktur Bidang Humas dan Antara Lembaga BPJS Ketenagakerjaan Irvansyah Utoh Banja mengatakan, sampai dengan September 2019, hasil investasi BPJS Ketenagakerjaan mencapai Rp 22,5 triliun atau meningkat 8% secara year on year (yoy).
Baca Juga: Kini, bayar BP Jamsostek bisa melalui LinkAja
"Pertumbuhan dana dipengaruhi oleh iuran terkumpul, besaran klaim dan hasil dari pengelolaan dana," kata Irvansyah Utoh Banja kepada Kontan.co.id, Kamis (14/11).
Jumlah iuran hingga September 2019 mencapai Rp 53 triliun atau meningkat 12% (yoy). Sementara itu Jumlah jaminan yang dibayarkan sebesar Rp 21 triliun atau meningkat 17% (yoy).
Sementara itu dana Investasi hingga September 2019 mencapai Rp 411 triliun atau meningkat 16,5% secara yoy
"Secara garis besar strategi pengelolaan dana yang dilakukan dengan mengacu pada PP 99 2013 dan PP 55 2015," jelas Irvansyah Utoh Banja.
Baca Juga: KSPI minta PTKP disesuaikan dengan batas atas iuran BPJS Ketenagakerjaan
Irvansyah Utoh bilang, Sesuai dengan liabilitas program yang mayoritas bersifat jangka panjang, aset alokasi paling besar di Surat Utang, terutama pada Surat Berharga Negara (SBN), dengan mengacu pada POJK Nomor 36/POJK.05/2016.
Adapun dilihat dari penempatan investasi, instrumen surat utang berharga (SBN) masih mendominasi yaitu 62% dari total investasi. Disusul saham 19,5%, deposito 8,5%, reksadana 10% dan investasi langsung 1%.
Irvansyah Utoh mengatakan, untuk kebutuhan likuiditas dan return yang optimal, instrumen deposito juga menjadi pilihan. Penempatan pada deposito dilakukan dengan memperhatikan kinerja fundamental bank yang baik dan sehat, imbal hasil yang kompetitif, serta memenuhi kriteria regulasi internal.
Baca Juga: Biar mendunia, BPJSTK dukung atlet stand up paddle Indonesia berlaga di Singapura
Penempatan dana investasi pada saham dilakukan dengan mempertimbangkan kinerja fundamental masing-masing emiten dan prioritas pada saham-saham berkapitalisasi besar dan memiliki likuiditas yang baik (LQ45). "Tentunya dengan tetap memperhatikan kondisi ekonomi dan pasar modal," ujarnya.
Hingga September 2019, Jumlah peserta terdaftar sebanyak 53 juta atau meningkat 7% (yoy), Sementara itu Jumlah peserta aktif hingga September 2019 mencapai 32,5 juta atau meningkat 8,5% (yoy).
Dengan pencapaian tersebut, perseroan menargetkan hasil investasi sebesar Rp 36,13 triliun pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News