kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

HSBC Indonesia dan Bank Ekonomi mulai konsolidasi


Rabu, 21 September 2016 / 17:26 WIB
HSBC Indonesia dan Bank Ekonomi mulai konsolidasi


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. The Hong Kong and Shanghai Banking (HSBC) Indonesia dan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk akan memanfaatkan waktu tujuh bulan ini untuk memperlancar proses integrasi. Kedua bank ini berkomitmen akan menyelesaikan proses konsolidasi hingga April 2017, setelah itu kedua bank sepakat mengusung nama Bank HSBC Indonesia.

Blake Hellam, Head of Retail Bank & Wealth Management HSBC Indonesia mengatakan, saat ini sedang dilakukan tugas teknis untuk penyatuan bank ini, mulai dari penyatuan sistem, bisnis, jaringan hingga klien. “Regulator juga memantau kami terus agar HSBC Indonesia dan Bank Ekonomi dapat menjadi satu sesuai target,” kata Blake, Rabu (21/9).

Sayangnya, ia belum dapat memprediksi pertumbuhan bisnis setelah kedua bank di bawah payung HSBC Corporation Limited bersatu. Yang jelas, kata Blake, setelah intergasi jumlah jaringan akan bertambah menjadi 30 kota, jumlah cabang dan ATM akan bertambah untuk memenuhi kebutuhan nasabah.

Dewi Tuegeh, Senior Vice President, Retail Banking dan Wealth Management HSBC Indonesia menambahkan, dari sisi bisnis HSBC Indonesia juga akan menyiapkan produk-produk ritel dan konsumer untuk nasabah UKM yang ada di Bank Ekonomi karena HSBC fokus pada pengembangan bisnis konsumsi.

Sinergi HSBC Indonesia dan Bank Ekonomi akan saling mengisi karena segmen bisnis HSBC Indonesai adalah kelas menengah ke atas atau premium. Sedangkan Bank Ekonomi adalah menengah ke arah mikro, sehingga Bank HSBC Indonesia di masa mendatang dapat menjajaki pasar ke semua segmen bisnis.

HSBC Indonesia sendiri mengincar sejumlah bisnis untuk kalangan menengah ke bawah yang membutuhkan kredit UKM, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit konsumsi seperti kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA). “Ke depan, kelas menengah jumlahnya akan naik bahkan mencapai 50%,” ucap Dewi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×