Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IFG Progress mengungkapkan hasil studi sementara terkait dampak penurunan daya beli kelas menengah terhadap industri asuransi umum dan jiwa.
Senior Research Associate IFG Progress Ibrahim Rohman mengatakan pihaknya menemukan bahwa penurunan daya beli kelas menengah sangat berdampak terhadap industri asuransi umum, sedangkan asuransi jiwa dampaknya tak terlalu besar.
"Jadi, penurunan daya beli kelas menengah sebesar 4%-5% itu dampaknya ternyata lebih besar ke asuransi umum daripada asuransi jiwa," ungkapnya saat konferensi pers di Mid Plaza, Jakarta Selatan, Selasa (16/10).
Baca Juga: IFG Progress Menilai Cara Non-organik Jadi Solusi Jitu Atasi Aturan Permodalan
Ibrahim menerangkan temuan tersebut begitu menarik karena ternyata asuransi jiwa memang sangat terklaster ke masyarakat dengan tier pendapatan yang tinggi. Sebab, premi dari produk-produknya juga terbilang mahal.
Dengan demikian, ketika penurunan daya beli dirasakan kelas menengah, industri asuransi jiwa tak begitu terkena dampaknya.
Berdasarkan data paparan, penurunan daya beli kelas menengah sebesar 4%-5% akan memberikan dampak negatif terhadap konsumsi sebesar 0,99%-1,24%. Pada akhirnya, akan berdampak negatif terhadap asuransi jiwa sebesar 0,33%-0,41%.
Kondisi lain ditunjukkan industri asuransi umum. Ibrahim mengungkapkan penurunan daya beli kelas menengah sebesar 4%-5% akan sangat berdampak terhadap industri asuransi umum.
Sebab, kelas menengah merupakan segmen utama dari industri asuransi umum. Sebut saja, asuransi properti, asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan pribadi, hingga kredit, juga mengandalkan kelas menengah.
Baca Juga: IFG Progress Ungkap Sejumlah Tantangan yang Dihadapi Pemerintahan Baru
"Kelas menengah itu menjadi penggerak dasar atau mediator variable-nya. Misalnya, kelas menengah merupakan mediator pembeli Kredit Pemilikan Rumah (KPR), pembelian kendaraan bermotor, urbanisasi, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR)," tuturnya.
Dengan demikian, Ibrahim mengatakan dampak penurunan daya beli kelas menengah menjadi lebih terlihat di asuransi umum daripada asuransi jiwa. Dia bilang bahwa studi tersebut masih bersifat sementara, belum final.
Berdasarkan data paparan, penurunan daya beli kelas menengah sebesar 4%-5% akan memberikan dampak negatif terhadap penyaluran KPR sebesar 39%-49%, penjualan kendaraan bermotor sebesar 65%-81%, populasi yang tinggal di perkotaan 2%-3%, dan penyaluran KUR sebesar 8%-10%.
Pada akhirnya, bisa berpengaruh negatif terhadap berbagai lini bisnis asuransi umum, seperti asuransi properti sebesar 5%-6%, asuransi kendaraan bermotor sebesar 6%-7%, asuransi kecelakaan pribadi 12%-15%, dan asuransi kredit sebesar 15%-19%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News