kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.488.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.585   -20,00   -0,13%
  • IDX 7.627   67,30   0,89%
  • KOMPAS100 1.187   13,71   1,17%
  • LQ45 949   10,88   1,16%
  • ISSI 230   2,18   0,96%
  • IDX30 486   4,48   0,93%
  • IDXHIDIV20 583   5,85   1,01%
  • IDX80 135   1,50   1,12%
  • IDXV30 141   0,16   0,11%
  • IDXQ30 162   1,45   0,91%

IFG Progress Ungkap Sejumlah Tantangan yang Dihadapi Pemerintahan Baru


Selasa, 15 Oktober 2024 / 20:35 WIB
IFG Progress Ungkap Sejumlah Tantangan yang Dihadapi Pemerintahan Baru
ILUSTRASI. IFG Progress menyampaikan sejumlah tantangan akan dihadapi pemerintahan baru terkait industri perasuransian.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IFG Progress menyampaikan ada sejumlah tantangan akan dihadapi pemerintahan baru. Tantangan tersebut diungkapkan juga akan memengaruhi industri perasuransian. 

Senior Research Associate IFG Progress Ibrahim Rohman mengatakan tantangan yang dihadapi di era pemerintahan Prabowo dapat bersifat internal maupun eksternal. Ibrahim menerangkan tantangan internalnya, yaitu kondisi yang masih ditandai oleh penurunan daya beli, khususnya di kalangan kelas menengah.

“Hal itu harus dimitigasi karena ekonomi Indonesia berbasis consumption-driven atau berbasis konsumsi masyarakat,” ujarnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (15/10).

Ibrahim menerangkan jika masyarakat menahan pengeluaran mereka, tentu perekonomian akan terhambat. Sebab, kelas menengah menjadi penggerak utama konsumsi.

"Dengan demikian, ketika mengalami penurunan daya beli, pengeluaran mereka juga menurun," ucapnya.

Ibrahim mengatakan hal itu tentu harus diatasi terlebih dahulu dari sisi internal. Dari sisi eksternal, dia menerangkan terdapat tantangan, seperti ketidakstabilan geopolitik dan tekanan internasional yang memengaruhi variabel makroekonomi. 

Baca Juga: Great Eastern Optimistis Industri Asuransi Tetap Tumbuh pada 2025

Dia menilai penting juga untuk menjaga inflasi tetap rendah, meski hal itu berarti berkurangnya jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Ibrahim juga mengatakan bahwa dalam ekonomi, setiap kebijakan pasti memiliki sisi positif dan negatif. Oleh karena itu, dia bilang perlu kredibilitas pemerintah dalam merespons setiap tantangan yang muncul agar dapat menghasilkan kebijakan yang lebih terpercaya.

Ujungnya, Ibrahim menyebut industri asuransi akan sangat terdampak oleh kondisi tersebut, terutama yang berkaitan dengan penurunan daya beli kelas menengah.

Dia menilai apabila daya beli kelas menengah melemah atau mengalami deflasi, tentu hal tersebut akan berdampak langsung pada sektor asuransi umum, seperti asuransi properti, kendaraan, dan kredit.

“Hal itu harus diantisipasi ke depannya,” kata Ibrahim. 

Selanjutnya: PIS Pimpin Digitalisasi Industri Perkapalan ASEAN melalui Modul Klaim

Menarik Dibaca: High Table Menggabungkan Kuliner Premium dan Hiburan Live Jazz

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×