kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Imbas GWM, bunga kredit bank akan mekar


Senin, 06 September 2010 / 17:15 WIB
Imbas GWM, bunga kredit bank akan mekar


Reporter: Ruisa Khoiriyah |

JAKARTA. Langkah Bank Indonesia (BI) menyedot ekses likuiditas mengantisipasi potensi tekanan inflasi ke depan dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) dari 5% menjadi 8% kemungkinan besar bakal mempengaruhi bunga kredit bank. Pasalnya, dengan kenaikan setoran GWM, bank mengaku ongkos operasionalnya menjadi naik.

Direktur Bank UOB Buana Safrullah menuturkan, pada prinsipnya bank sama seperti bisnis pada umumnya yakni ogah rugi; sehingga ketika ada kenaikan ongkos operasional yang cukup signifikan, alih-alih menekan margin keuntungan, bank lebih senang membebankan ke bunga kredit.

"Bank besar maupun bank kecil pasti terpengaruh perhitungan biayanya, tinggal ditentukan saja mau mengambil recovery dengan menekan margin atau menaikkan bunga kredit," ujarnya dalam obrolan dengan KONTAN, Senin (6/8).

Bagi bank yang marginnya sudah cukup gemuk, membebankan kenaikan biaya dengan mengurangi keuntungan bisa menjadi jalan keluar. Namun bagi bank yang marginnya sudah tipis, mau tidak mau akan berimbas pada kenaikan biaya dana dan akhirnya ke bunga kredit.

Safrullah memberikan hitungan, semisal sebuah bank memiliki dana pihak ketiga sebesar Rp 20 triliun. Maka tambahan GWM yang harus dia setor mencapai Rp 600 miliar. "Jika ia taruh itu di SBI bisa mendapat bunga 6,5%. Namun GWM hanya memberikan bunga 2,5% per tahun, ada opportunity cost yang
hilang sebesar 4% yaitu selisih bunga SBI dengan bunga GWM," jelasnya.

Bank sejatinya juga dilema, jika langsung membebankan biaya ke bunga kredit, bisa-bisa bisnisnya kalah kompetitif karena harga produk jadi mahal. Masih ada cara lain untuk menutup biaya tambahan GWM tersebut. "Bisa saja misalnya bank menggenjot fee based income untuk menutup tambahan biaya tersebut," kata Safrullah.

Di Bank UOB Buana, Safrullah bilang sampai saat ini masih menghitung imbas dari kebijakan tersebut terhadap biaya operasional. "Kami masih hitung berapa dampaknya, kemungkinan kami akan kejar dari fee based income," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×