Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Memanfaatkan momentum kinerja pasar modal yang tengah membaik. Perbankan nampaknya memiliki jurus untuk mencari tambahan mesin penghasil pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI).
Salah satunya lewat bisnis jasa penitipan dan pengelolaan dana (trustee) dan bank kustodian (custody).
Dari tiga bank yang menggarap layanan devisa hasil ekspor (DHE), salah satu yang paling fokus yakni PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Sementara bank lainnya antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (persero) Tbk.
Menurut Direktur Tresuri dan Internasional BNI Panji Irawan bisnis trustee memiliki potensi besar. Pasalnya saat ini, bisnis semacam ini masih terbilang mini, tercermin dari jumlah penyedia layanannya.
Serupa, bisnis kustodian BNI pun menurut Panji masih terbilang mini. Tercatat sampai dengan semester I 2017 peningkatan perolehan fee based income dari bisnis tersebut masih mengalami peningkatan sebesar 48% secara tahunan atau year on year (yoy).
Sementara dari total dana kelolaan atau asset under management (AUM) tercatat mencapai Rp 194,3 triliun atau naik sekitar 18% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 162,54 triliun.
Panji menyebutkan rata-rata pertumbuhan FBI dari bisnis ini sejak tahun 2011 hingga akhir 2016 sekitar 9,7%.
"Tahun ini kami memperkirakan untuk bisnis ini FBI sekitar Rp 60 miliar," kata Panji saat ditemui di Jakarta, Jumat (25/8). Adapun, untuk dana kelolaan General Manager BNI Henry Panjaitan memproyeksi sebesar Rp 205 triliun pada akhir tahun 2017.
Jika memakai asumsi pencapaian akhir tahun lalu, artinya BNI membidik kenaikan sekitar 14,29% untuk total dana kelolaan tahun ini.
Adapun salah satu strategi yang akan digodok oleh bank bersandi emiten BBNI ini antara lain fokus pemberdayaan existing nasabah serta pencetakan nasabah baru. "Tentunya dengan sinergi dengan anak usaha serta cabang di luar negeri (internasional) untuk meningkatan layanan nasabah dan kelengkapan produk," tambah Panji.
Sementara saat ini nasabah yang menjadi andalan BNI di bisnis ini antara lain ada di sektor minyak dan gas (migas). Kendati positif memasang target, Panji menyebut sampai saat ini permintaan masih cenderung tipis dari bisnis ini.
"Bisnis ini booming ketika ada tax amnesty, setelah itu demand belum muncul. Terbilang unik bisnis ini karena hanya sedikit dan memang belum populer di Indonesia," tambahnya.
Ke depan bank milik pemerintah ini akan memperluas jaringan nasabah dengan tidak hanya fokus ke sektor migas saja. BNI pun tengah membidik calon nasabah dari sektor infrastruktur, advisory dan firma hukum yang aktif menggelar transaksi merger dan akusisi maupun penerbitan obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News