kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Industri Multifinance Kian Gencar Garap Digitalisasi pada 2022


Senin, 24 Januari 2022 / 13:11 WIB
Industri Multifinance Kian Gencar Garap Digitalisasi pada 2022
ILUSTRASI. Industri Multifinance Kian Gencar Garap Digitalisasi pada 2022


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren digitalisasi memang tak terelakkan semenjak pandemi Covid-19 turut mengakselerasi hal tersebut. Industri multifinance pun turut menjadi salah satu yang gencar melakukan hal tersebut.

Misalnya, PT Mandala Multifinance Tbk (Mandala Finance) yang terus mengembangkan teknologi digitalnya melalui aplikasi Mantis. Tak main-main, perusahaan mengalokasikan 70% belanja modalnya yang sekitar Rp 50 miliar untuk dialokasikan pada digitalisasi.

“Tahun 2021 nilainya Rp 20 miliar, tahun ini kita alokasikan minimal dua kali lipat bahkan sekitar Rp 50 miliar untuk ekspansi teknologi digital dan jaringan," kata Direktur Mandala Finance, Christel Lasmana beberapa waktu lalu.

Sekadar informasi, aplikasi Mantis dibuat oleh perseroan untuk menjadi super app yang tidak hanya dipakai oleh pelanggan, tetapi juga bisa dipakai oleh mitra atau agen dari Mandala Finance sendiri.

Baca Juga: Kinerja Mulai Pulih, Analis Rekomendasikan Saham-Saham Emiten Multifinance Ini

Adapun, mitra atau agen yang sudah bergabung dalam aplikasi tersebut sudah mencapai 30.000 dan ditargetkan bisa mencapai 100.000 hingga 200.000 pengguna.

Direktur Teknologi Informasi Mandala Finance Felix Nugroho pun juga memastikan bahwa adanya aplikasi Mantis ini tidak mengurangi jumlah kantor cabang yang dimiliki. Menurutnya, beberapa kantor cabang bahkan bisa lebih jauh menjangkau nasabah dengan adanya aplikasi yang memiliki konsep online to offline ini.

“Kita itu menyasar daerah-daerah tier 2 dan tier 3, sekarang paling banyak bermasalah dari Indonesia Timur, lalu ada Sumatra, dan dilanjutkan Jawa dan Kalimantan,” ujar Felix.

Baca Juga: Bisnis Mulai Pulih, Saham Sejumlah Emiten Multifinance Menghijau



TERBARU

[X]
×