Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan beberapa harga bahan pokok dan ditambah BBM yang sejalan dengan inflasi yang juga terus naik membuat beberapa pemain Buy Now Pay Later (BNPL) mulai waspada. Hal itu terkait dengan daya beli masyarakat serta kemampuan bayarnya.
Selama ini, penyaluran pinjaman yang disalurkan oleh pemain BNPL ini tergolong dalam penyaluran multiguna. Data OJK per Juli 2022 pun menunjukkan mulai ada penurunan sekitar 4,1% secara tahunan dengan nilai sekitar Rp 212,15 triliun.
Namun, penurunan tersebut belum terlihat pada kinerja Akulaku Finance yang menjalankan paylater itu sendiri. Hingga Agustus 2022, Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga bilang penyaluran pinjamannya telah mencapai Rp 9 triliun.
Baca Juga: Tumbuh Pesat, Bisnis Paylater Masih Minim Aturan
“Ada pertumbuhan lebih dari 25%,” ujar Efrinal.
Hanya saja, Efrinal menjelaskan bahwa pihaknya kini juga mewaspadai adanya kenaikan harga BBM dan beberapa bahan pokok ini dengan memperketat proses akuisisi dari nasabah baru yang ingin menggunakan layanan di Akulaku.
Dalam hal ini, pihaknya bakal melihat kemampuan daya angsur dari penggunanya dengan melakukan verifikasi lebih ketat dalam melihat perbandingan pendapatan calon pengguna dengan peningkatan pengeluaran biaya bulanannya.
“Dalam kondisi seperti sekarang ini, fokus pengembangan market akan dilakukan melalui penambahan channel online dan juga offline,”imbuhnya.
Sementara itu, VP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari berpendapat bahwa turunnya daya beli masyarakat dengan menggunakan paylater bisa terlihat di kuartal keempat tahun ini yang menjadi periode dimana biasanya menjadi yang tertinggi mengingat ada hari belanja online nasional.
Baca Juga: Bisnis Paylater di AS Bakal Diatur, Bagaimana di Indonesia?
“Tapi kami masih melihat akan tumbuh transaksinya tapi mungkin tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya,” ujar Indina.
Adapun, Indina merinci bahwa saat ini kalau melihat dari jumlah transaksi, kebanyakan orang memakai untuk membeli voucher seperti pulsa dan paket data. Selanjutnya, untuk kategori pakaian dan aksesoris juga memberikan kontribusi terbesar kedua.
Jika melihat dari sisi nilai transaksi, Indina bilang penyumbang paling besar masih berasal dari gadget elektronik, lalu dilanjutkan dengan pakaian dan aksesoris.
“Kami tetap berada di high million dollar AS tiap bulannya untuk disbursement-nya dan kita mengejar pertumbuhan total tahun ini 100% dari tahun lalu,” ujar Indina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News