Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sederet perbankan syariah milik bank besar di Tanah Air tengah berupaya untuk terus mendorong ekspansi. Hal ini tentunya untuk memperluas cakupan pasar sekaligus upaya perkembangan industri syariah di Tanah Air.
Salah satu yang sudah merancang hal tersebut yakni Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk. Salah satu UUS terbesar di Tanah Air ini berniat untuk memperkuat modal di tahun depan. Direktur Perbankan Syariah CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara menjelaskan, saat ini modal UUS CIMB Niaga ada di kisaran Rp 3,75 triliun.
Baca Juga: BI: Pertumbuhan dana pihak ketiga melambat pada bulan Oktober 2019
Nah, rencananya di pertengahan tahun depan atau maksimal kuartal III 2020 perseroan berniat untuk memperkuat modal tersebut hingga ke level Rp 5 triliun. "Dananya dari organik saja, akumulasi profitabilitas atau retainded earning period yang berjalan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (29/11) malam.
Pun menurut Pandji, selain untuk memperkuat modal, hal tersebut tentunya untuk menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) di level aman. Sampai tahun ini dan tahun depan, CIMB Niaga Syariah memang menjaga CAR di level stabil 18%.
Pun, dengan memiliki modal yang menyentuh Rp 5 triliun tersebut, bila kelak akan melakukan spin off maka CIMB Niaga Syariah bisa langsung dikategorikan sebagai Bank Umum Syariah (BUS) Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III.
Tidak mau ketinggalan, PT Bank BNI Syariah Tbk milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga punya rencana serupa. Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati menuturkan, per Oktober 2019 ini total laba perseroan sudah mencapai Rp 506 miliar, atau tumbuh sebesar 46,4% secara year on year (yoy).
Baca Juga: Akuisisi Asuransi Adira, Asuransi Zurich gelontorkan dana US$ 414 juta
Nah, lewat perolehan laba tersebut tentunya sedikit banyak membuat realisasi modal inti perseroan naik di angka Rp 4,6 triliun saat ini. "Hanya selisih sekitar Rp 400 miliar dari syarat BUKU III," kata Dhias.
Dengan memanfaatkan penambahan modal dari laba, perseroan optimis pada akhir tahun 2019 atau awal tahun 2020 BNI Syariah bisa naik menjadi BUKU III. "Peningkatan modal akan dikontribusikan dari sumber laba yang ditahan (retained earning) dan juga tambahan penyertaan modal dari pemegang saham," sambungnya.
Dus, dengan strategi tersebut, CAR BNI Syariah diproyeksikan stabil di kisaran 19% sampai akhir tahun 2020.
Sementara itu, bank syariah paling besar di Tanah Air yakni PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) mengatakan memang rencana penguatan modal bakal selalu ada setiap tahun. Meski begitu, Direktur Risk Management and Compliance Mandiri Syariah Putu Rahwidhiyasa menjelaskan penguatan modal tersebut untuk saat ini masih akan melalui skema laba di tahan, terutama pada laba tahun 2019.
"Modal Mandiri Syariah saat ini masih sangat mencukupi dengan CAR 16,27% per Oktober 2019," terang Putu. Nah, di tahun 2020 pun Mandiri Syariah juga akan menyiapkan strategi penguatan modal, alias tak hanya lewat skema organik melainkan anorganik juga.
Menurut Putu, penguatan modal anorganik dapat melalui corporate action yg dapat berbentuk strategic investor, initial public offering dan sebagainya. Tentunya, corporate action harus mendapatkan persetujuan pemegang saham terlebih dahulu. Dalam hal ini PT Bank Mandiri Tbk.
Baca Juga: OJK: Pembobolan Bank DKI akibat kesalahan vendor IT
Sebelumnya, dalam artikel yang dimuat Kontan.co.id, Selasa (26/11) lalu Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Bank Mandiri meminta agar Bank Mandiri dapat menginjeksi modal anak usaha syariah perseroan.
Menanggapi hal itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan menambahkan ada beberapa opsi penguatan modal Mandiri Syariah yang bisa dilakukan. Pertama, yakni melalui penyuntikan modal oleh induk.
Kedua, menjadikan Mandiri Syariah sebagai perusahaan terbuka alias initial public offering (IPO) atau mencari investor strategis. Ketiga, melalui penerbitan obligasi subordinasi (subordinated bonds). "Itu semua masuk dalam rencana kami, tapi kami menunggu angka tahun ini final dulu. Nanti dilihat ada kebutuhan atau tidak," ujar Panji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News