Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
Sementara itu, bank syariah paling besar di Tanah Air yakni PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) mengatakan memang rencana penguatan modal bakal selalu ada setiap tahun. Meski begitu, Direktur Risk Management and Compliance Mandiri Syariah Putu Rahwidhiyasa menjelaskan penguatan modal tersebut untuk saat ini masih akan melalui skema laba di tahan, terutama pada laba tahun 2019.
"Modal Mandiri Syariah saat ini masih sangat mencukupi dengan CAR 16,27% per Oktober 2019," terang Putu. Nah, di tahun 2020 pun Mandiri Syariah juga akan menyiapkan strategi penguatan modal, alias tak hanya lewat skema organik melainkan anorganik juga.
Menurut Putu, penguatan modal anorganik dapat melalui corporate action yg dapat berbentuk strategic investor, initial public offering dan sebagainya. Tentunya, corporate action harus mendapatkan persetujuan pemegang saham terlebih dahulu. Dalam hal ini PT Bank Mandiri Tbk.
Baca Juga: OJK: Pembobolan Bank DKI akibat kesalahan vendor IT
Sebelumnya, dalam artikel yang dimuat Kontan.co.id, Selasa (26/11) lalu Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Bank Mandiri meminta agar Bank Mandiri dapat menginjeksi modal anak usaha syariah perseroan.
Menanggapi hal itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan menambahkan ada beberapa opsi penguatan modal Mandiri Syariah yang bisa dilakukan. Pertama, yakni melalui penyuntikan modal oleh induk.
Kedua, menjadikan Mandiri Syariah sebagai perusahaan terbuka alias initial public offering (IPO) atau mencari investor strategis. Ketiga, melalui penerbitan obligasi subordinasi (subordinated bonds). "Itu semua masuk dalam rencana kami, tapi kami menunggu angka tahun ini final dulu. Nanti dilihat ada kebutuhan atau tidak," ujar Panji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News