kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Ini Beberapa Faktor yang Membuat Fintech Lending Bisa Raih Untung Per April 2024


Kamis, 13 Juni 2024 / 19:22 WIB
Ini Beberapa Faktor yang Membuat Fintech Lending Bisa Raih Untung Per April 2024
ILUSTRASI. Industri fintech peer to peer (P2P) lending berhasil membalikkan keadaan dari merugi sejak awal Januari 2024 menjadi untung per April 2024.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri fintech peer to peer (P2P) lending berhasil membalikkan keadaan dari merugi sejak awal Januari 2024 menjadi untung per April 2024.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per April 2024, industri fintech lending secara agregat mencatat laba setelah pajak sebesar Rp 172,84 miliar.

Mengenai hal itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyampaikan ada beberapa faktor fintech lending pada akhirnya meraih laba per April 2024.

Director of Corporate Communication AFPI Andrisyah Tauladan mengatakan beberapa faktor tersebut, meliputi peningkatan kualitas penyaluran pinjaman dan peningkatan efisiensi operasional dengan akuisisi nasabah melalui digitalisasi. 

"Kami optimistis industri akan terus bertumbuh dan mencatatkan laba di masa depan," ujarnya kepada Kontan, Kamis (13/6).

Baca Juga: Ini Kata OJK Soal Rencana Pembukaan Moratorium Fintech Lending Dan Pusdafil

Andrisyah menerangkan optimisme itu muncul karena didorong beberapa faktor, seperti makin banyaknya masyarakat yang terhubung dengan internet dan menggunakan smartphone, membuka peluang besar bagi fintech lending untuk menjangkau lebih banyak nasabah.

Selain itu, meningkatnya kebutuhan pendanaan dari masyarakat maupun UMKM, serta dukungan regulasi OJK ke arah yang sehat dan bertanggung jawab.

Meski demikian, Andrisyah menyampaikan ada sejumlah tantangan yang harus diwaspadai industri. Dia bilang risiko kredit macet tentu masih menjadi tantangan utama, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil. 

"Ditambah penguatan regulasi juga terus mendorong penyelenggara fintech P2P lending untuk terus beradaptasi dan berinovasi. Selain itu, kepercayaan masyarakat harus terus dibangun, terutama mengenai keamanan data dan perlindungan konsumen," kata Andrisyah. 

Sebagai informasi, OJK mencatat outstanding pembiayaan fintech P2P lending pada April 2024 mencapai Rp 62,74 triliun. Adapun pencapaian pada April 2024 tumbuh sebesar 24,16% Year on Year (YoY), sedangkan Maret 2024 tumbuh sebesar 21,85% YoY.

Sementara itu, tingkat risiko kredit macet secara agregat atau TWP90 fintech P2P lending pada April 2024 sebesar 2,79%. Adapun TWP90 pada April 2024 tercatat menurun dari posisi April 2023 dan bulan sebelumnya yang sebesar 2,82% dan 2,94%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×