Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Bank Permata Tbk memperkirakan potensi penurunan harga minyak dibawah US$ 30 per barrel akan membuat beberapa kreditur minyak mengalami penyesuaian jadwal pembayaran. Alasannya, beberapa proyek mengalami penyesuaian harga.
Namun, manajemen bank berkode BNLI ini melihat potensi naiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) relatif kecil. Pasalnya, sampai saat ini Bank Permata tidak mempunyai eksposure langsung terhadap ladang dan sumur minyak.
Direktur Wholesale Bangking PermataBank Anita Siswadi menjelaskan, perusahaan hanya memiliki eksposure kepada sektor pendukung industri minyak dan gas seperti kontraktor, sewa tanker jangka panjang dan dari pemiliki project minyak terkemuka. Jumlah eksposure tidak langsung ini masih di bawah 2% dari total kredit.
“Kami melihat dengan turunnya harga minyak, maka permintaan nasabah kami untuk pinjaman belanja modal sangat minimal,” ujar Anita kepada KONTAN, Selasa, (9/2).
Anita mengatakan, meskipun eksposure Bank Permata ke bisnis minyak dan gas ini relatif kecil, namun perusahaan tetap terus mengadakan komunikasi aktif dengan ansabah untuk mengikuti perkembangan proyek mereka.
Untuk kredit macet sektor minyak dan gas Permata Bank sampai Desember 2015 menurut Anita adalah kurang dari 10% atau menyumbang 0,2% terhadap keseluruhan NPL Bank Permata.
Anita menambahkan, selama tidak ada pemutusan kontrak oleh pemilik proyek, Bank Permata memprediksi angka NPL di sektor minyak dan gas pada 2016 tidak akan ada kenaikan yang berarti atau masih berada di antara 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
