Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Akses merupakan kendala utama kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) belum besar di Indonesia. Pengusaha UMKM bilang mereka kesulitan menerima pinjaman ke bank, karena persyaratan bank ketat dan mewajibkan pengusaha harus bankable. Sementara, perbankan mengaku, masyarakat banyak yang belum mengenal bank dan mereka takut datang ke bank, sehingga bank harus "jemput bola".
Dani Darmawan (33 tahun) mengaku, dari pintu ke pintu mencari pinjaman dana ke bank, alasannya karena perbankan selektif memberikan kredit kepada debitur, misalnya syarat usaha dan pendapatan pengusaha, pembukuan usaha, serta rekam jejak pengusaha. "Sebelum saya mencari pinjaman, saya datang ke bank A kemudian mereka tidak memberikan kepercayaan, lalu datang lagi ke bank B dengan hasil yang sama," ucap Dani pengusaha asal Lembang - Jawa Barat.
Pada akhirnya, Dani menerima pinjaman dari Agropurna Mitra Mandiri yang merupakan unit penyalur kredit UMKM Bank Mandiri. Dani menerima pinjaman sebesar Rp 30 juta dengan jangka waktu 5 tahun. Tambahan modal tersebut, Ia gunakan untuk pembelian sapi. Sebelumnya, Ia sudah memiliki 2 sapi, pria berkulit hitam ini ingin mengembangkan usahanya namun kesulitan modal. "Bank lain kami kesulitan menerima pinjaman, tapi ada bank lainnya yang memberikan kepercayaan dengan pinjaman besar ke kami," ucapnya.
Asep Rizkiana (37 tahun) mengatakan, ada juga bank yang memberikan kredit namun nilainya terbatas. Misalnya, debitur mengajukan pinjaman sebesar Rp 25 juta, namun bank hanya memberikan Rp 5 juta, kemudian setelah debitur berhasil mengembalikan pinjaman dan bunga kreditnya, bank akan kembali memberikan pinjaman kembali dengan nilai Rp 10 juta. "Pada tahap awal, kami membutuhkan dana besar untuk ekspansi," ucapnya.
Asep telah menerima pinjaman sebesar 25 juta dari Bank Mandiri melalui Agropurna Mitra Mandiri. Pinjaman tersebut Ia gunakan untuk menambah jumlah sapinya, rata-rata harga sapi Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Saat ini, Ia memiliki 40 ekor sapi dengan pendapatan kotor Rp 50 juta sampai 60 juta perbulan. Pendapatan tersebut Ia dapat dari hasil penjualan susu sapi ke Agropurna Mitra Mandiri. "Kami melunasi pinjaman dengan menyetor susu sapi ke Agropurna Mitra Mandiri, kalau kami tidaka menyetor sesuai nilai maka sapi kami akan ditarik," ucapnya.
Kemudian pendapatan tersebut Ia belanjakan untuk kebutuhan modal berikutnya seperti membeli rumput, ampas tahu, vitamin sapi, pembenahan kandang dan belanja karyawan. Selain itu, Ia juga manfaatkan kotoran sapi untuk dijadikan pupuk kompos sehingga ada pendapatan kecil untuk kebutuhan modal kerja berikutnya. "Pendapatan bersih kami sekitar Rp 10 juta - Rp 15 juta," tambah Asep Pria asli dari Lembang - Jawa Barat ini.
Relationship Manager Business Banking Center (BBC) Bandung Bank Mandiri, Zaenal Edi Sunaryono menuturkan, pemberian pinjaman kredit melalui pola linkage terbilang efektif. Bank Mandiri menyiapkan dana Rp 40 miliar yang diberikan kepada Agropurna Mitra Mandiri, kemudian Agropurna Mitra Mandiri menyalurkannya kepada kelompok usaha UMKM. Satu kelompok terdiri dari 20 pengusaha yang akan menerima pinjaman Rp 20 juta sampai Rp 50 juta per orang.
Kepala Agropurna Mitra Mandiri, Anjar Osaka menyampaikan, pinjaman tersebut diberikan kepada pengusaha yang sebelumnya telah memiliki usaha awal, adapun pelunasan pinjaman dibayarkan dari hasil produksi usahanya ke Agropurna Mitra Mandiri. Perlu diingat setiap pinjaman ada bunga dan agunan yang ditanggung, untuk bunga rata-rata 5% per tahun, sedangkan agunan adalah barang usaha mereka.
Direktur Business Banking Bank Mandiri, Surnaso menyampaikan, untuk menjaga pasar kredit UMKM, pihaknya melalukan strategi bisnis seperti penerapan pola linkage. Pola ini menghubungkan antara pengusaha UMKM dengan korporasi yang menjadi avalist atau off-taker UMKM yang merupakan mitra dari jaringan bisnis mereka. Tahap awal, perseroan menerapkan pola linkage pada pembiayaan UKM sektor pertanian dan turunannya seperti perkebunan dan peternakan. "Kalau mereka sudah naik kelas dan membutuhkan modal yang besar, maka mereka harus naik ke kredit komersial," kata Sunarso.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News