kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini gambaran pembagian saham sementara Finarya sebagai pengelola LinkAJa


Rabu, 27 Februari 2019 / 18:37 WIB
Ini gambaran pembagian saham sementara Finarya sebagai pengelola LinkAJa


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam waktu dekat uang elektronik berbasis server milik himpunan bank negara (Himbara) akan segerea bergabung dengan platform LinkAja. Gambaran soal pemegang saham PT Fintek Karya Nusantara alias Finarya selaku pengelola LinkAJa juga telah disiapkan.

Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Hanyani menyatakan targetnya hingga akhir April 2019, semua uang elektronik berbasis server milik himbara akan rampung terintegrasi ke LinkAja. Pengabungan ini menjadikan Himbara sebagai pemegang saham Finarya sebagai pengelola platform pembayaran LinkAja. 

Sementara itu Direktur Teknologi Informasi dan Operasional BRI Indra Utoyo menyebut untuk sementara BRI memegang saham Finarya kurang sedikit dari 20%. Sebelumnya Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menyebut pihaknya akan memegang saham Finarya sebesar 7%.

"Himbara memegang saham Finarya sebesar 67%. Telkomsel masih pemegang saham mayoritas sebesar 25%. Sisanya Badan Usaha Milik Negara lainnya," ujar Indra di Jakarta, pada Rabu (27/2).

Artinya, Bila BRI punya kurang 20% dan BTN sebesar 7%, maka saham Finarya milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk  (BMRI) kurang lebih 40%.

Asal tahu saja, Finraya dibentuk Telkomsel, anak usaha dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Kendati demikian, Handayani menyatakan bahwa saat ini pembagian saham Finraya belum rampung. Lantaran pengembangan LinkAja akan melibatkan lebih banyak BUMN.

"Begini, sebenarnya di LinkAja itu kita membuat ekosistem payment untuk mendorong transaksi basic needs. Mulai dari transportasi, pembelian bahan bakar kendaraan, komunikasi, data dan sebagainya. BUMN terkait basic needs kita ajak untuk jadi pemegang saham," jelas Handayani.

Ia menyatakan Himbara beserta BUMN terkait masih melakukan pengkajian nilai valuasi dan komposisi pemegang saham Finarya. Bank himbara sendiri turut memberikan kontribusi pengguna LinkAja dengan memindahkan pengguna dompet digital berbasis server masing-masing bank ke LinkAja.

"Basic cost ketika masing-masing bank menginisiasi platform server based kan ada biaya, nah itu tentu harus dihargai. Aspek lainnya adalah jumlah pengguna uang elektroniknya," papar Handayani.

Handayani menyebut, hingga saat ini uang elektronik berbasis server milik BRI yakni Tbank memiliki pengguna aktif sebanyak 4 hingga 5 juta orang. 

Nantinya ketika uang digital Himbara ini masuk ke dalam LinkAja, Ia menyatakan di aplikasi digital banking BRI ada menu LinkAja yang akan mengantikan Tbank.

Ke depannya dia menambahkan pengguna dapat menghubungkan kartu debit dan kartu kredit untuk melakukan pembelian atau isi ulang (top up) LinkAja. Namun untuk tahap pertama, BUMN akan membenahi ekosistem pembayaran LinkAja.

"Banyak pengembangan dari beberapa bisnis model. Kedepannya tidak terbatas dalam uang elektronik, mungkin nanti untuk peer to peer lending dengan skema kerja sama. Tapi ini masih belum ya. Yang pertama yang kita benahi itu payment ekosistem terlebih dahulu, baru masuk tahap selanjutnya," tutur Handayani.

Handayani juga meyakinkan saat Himbara masuk ke ekosistem LinkAja, platform ini sudah siap. Mengingat saat migrasi dari Tcash ke LinkAja, Finarya sudah belajar dan melakukan evaluasi terkait berbagai kendala seperti pengguna susah mendaftarkan diri dan verifikasi.

"Jadi kemarin karena pada periode yang sama, kalau tidak salah jumlah pengunduh melebihi 250.000 dalam waktu yang sangat singkat. Sehingga secara capacity melebihi dan harus ditingkatkan. Sekarang dalam proses perbaikan dan rasanya sudah mulai baik dan nantinya kita lihat kemampuan sistemnya setelah memang cukup stabil akan kita pindahkan," imbuh Handayani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×