kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,05   12,74   1.40%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab NPL bank besar meningkat meski sudah gelar program restrukturisasi


Senin, 24 Agustus 2020 / 22:49 WIB
Ini penyebab NPL bank besar meningkat meski sudah gelar program restrukturisasi


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) mayoritas bank besar mengalami peningkatan pada semester I 2020 meskipun sudah melakukan restrukturisasi kredit cukup tinggi terdampak terhadap debitur Covid-19. Bank tersebut diantaranya BNI, BRI, Bank Mandiri, BCA, CIMB Niaga dan Bank Danamon 

Osbal Saragih, Direktur Managemen Resiko BNI menjelaskan, penyebab kenaikan NPL tersebut lantaran beberapa debitur yang mengalami masalah cash flow sebelum pandemi Covid-19 merebak. Setelah pandemi terjadi, arus kas debitur tersebut semakin terganggu dan berkembang menjadi kredit macet. 

NPL BNI tercatat naik jadi 3% pada Juni 2020 dari 1,8% pada periode yang sama tahun lalu. Sementara restrukturisasi kredit ayng sudah dilakukan bank ini terhadap debitur terdampak Covid-19 sudah mencapai Rp 119 triliun hingga akhir Juni. 

Osbal bilang, BNI saat ini tengah melakukan proses restrukturisasi terhadap kelompok debitur tersebut dan itu tidak bisa masuk dalam relaksasi restrukturisasi yang diberikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena masalahnya sudah terjadi sebelum adanya Covid-19. "Adapun sektor penyumbang utama dari kelompok itu adalah manufaktur, perdagangan, dan restoran," ungkapnya pada  kontan.co.id, Senin (24/8). 

Baca Juga: Ada pandemi, mayoritas laba bank syariah melejit di semester I 2020

BNI memperkirakan akan ada beberapa dari kelompok tersebut yang gagal melakukan restrukturisasi di paruh kedua tahun ini sehingga akan meningkatkan NPL. Oleh karena itu, bank ini memproyeksikan NPL akan dikisaran 3,7%-4,5% sampai akhir tahun. 

Selain itu, lanjut Osbal, tingginya proyeksi NPL juga karena BNI telah memprediksi akan ada sekitar 6%-7% dari total yang sudah direstrukturisasi karena terdampak Covid-19 tidak bisa bangkit. Itu paling dominan berasal dari sektor jasa perhotelan dan restoran, serta sektor manufaktur. 

Namun, untuk mengantisipasi peningkatan resiko kredit tersebut, BNI akan berupaya meningkatkan pencadangan yang imbasnya bisa semakin menekan perolehan laba tahun ini. Hingga akhir tahun, bank ini akan menjaga CKPN tidak terlalu jauh dari posisi Juni yakni 225%. 

Sementara di Bank Mandiri, debitur-debitur yang sudah bermasalah arus kasnya sebelum Covid-19 yang mendorong peningkatan NPL perseroan itu berasal dari sektor terkait komoditas seperti perdagangan batubara, sektor perdagangan mesin dan alat berat, serta perdagangan migas.

Direktur Managemen Resiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin bilang, penurunan kinerja beberapa debitur tersebut terakselerasi karena Covid-19.  Per Juni 2020, NPL Bank Mandiri tercatat naik jadi 3,28% dari 2,59% pada periode yang sama 2019.

Baca Juga: BRI Syariah naikkan pencadangan jadi 90% untuk antisipasi risiko pembiayaan

Sampai akhir tahu, Bank Mandiri memproyeksi NPL ada dikisaran 3,5%-3,6%. Untuk meminimalisir resiko kredit yang timbul ke depan, bank ini akan melakukan pencadangan sekitar 200%. Per Juni, coverage ratio NPL Bank Mandiri 195,5%

Agus Sudiarto, Direktur Manajemen Risiko BRI mengungkapkan, peningkatan NPL BRI pada semester datang dari debitur yang sudah bermasalah cash flownya sebelum Covid-19.  Debitur tersebut berasal sebagian besar datang dari segmen korporasi non BUMN. "Sementaranya sektor mayoritas dari manufaktur. Ada satu debitur yang sudah NPL sejak September 2019,"  ungkapnya.

Sampai akhir tahun, BRI akan menjaga NPL dikisaran 3%. Bank ini akan meningkatkan pencadangan sampai akhir tahun mengingat ketidakpastian ekonomi masih besar. Per Juni 2020,  pencadangan yang sudah dilakukan mencapai 200,3%.  

Aadapun realisasi restrukturisasi kredit terhadap debitur BRI terdampak Covid-19 telah mencapai Rp 183,7 triliun hingga 31 Juli. Sedangkan Bank Mandiri mencapai Rp 119,3 triliun  hingga 13 Agustus dengan jumlah debitur  545.692.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×