Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit guna mendorong penyaluran kredit. Hal itu diharapkan agar semakin mempercepat pemulihan ekonomi.
Per Maret 2022, BI mencatat suku bunga kredit baru di perbankan baru turun 17 basis poin (bps) dari periode yang sama tahun lalu. Penurunan itu sejalan dengan turunnya Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dan perbaikan persepsi risiko perbankan di tengah berlanjutnya pemulihan aktivitas ekonomi.
BI memandang peran perbankan dalam penyaluran kredit dan pembiayaan, termasuk melalui penurunan suku bunga kredit dapat ditingkatkan guna semakin mendorong pemulihan ekonomi nasional,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Selasa (19/4).
Apalagi, BI masih mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) di bulan April.
Baca Juga: BI: Pertumbuhan Kredit Baru Tetap Terjaga pada Triwulan I 2022
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengaku sudah menurunkan bunga kredit sejak tahun lalu. “Terhitung sejak 28 Februari 2021, BRI telah menurunkan SBDK untuk seluruh segmen baik Korporasi, Ritel, Mikro, KPR dan non-KPR sebesar 150 bps - 325 bps,” kata Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI pada Kontan.co.id, Rabu (20/4).
Aestika mengatakan, pihaknya mengapresiasi keputusan BI mempertahankan BI7DRRR di 3,5% untuk menjaga inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Selain itu, hal ini menunjukkan pemerintah masih berusaha meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi dan mendorong penyaluran kredit mengingat perekonomian Indonesia belum recover sepenuhnya.
BRI, lanjutnya, akan melakukan review suku bunga secara berkala dan terus membuka ruang untuk penyesuaian suku bunga kredit.
Dia menjelaskan, suku bunga dasar kredit dibentuk melalui beberapa variabel, antara lain HPDK (Harga Pokok Dana Kredit), biaya overhead, dan marjin. Spread SBDK dengan suku bunga Deposito didominasi oleh komponen OHC (Overhead Cost).
“Penurunan OHC terus diupayakan dengan efisiensi dan digitalisasi bisnis proses dalam penyaluran kredit.” ujarnya.
Adapun PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) telah menurunkan suku bunga secara umum sebesar 1,65% hingga 2,70% sejak awal tahun 2021, dengan penurunan terbesar pada segmen KPR.
Di awal tahun ini, bunga kredit BTN masih stabil meskipun ada tawaran bunga promosi KPR 3,72% dalam rangka BTN Anniversary ke 72.
Haru Koesmahargyo Direktur Utama BTN memperkirakan BI akan mulai menaikkan suku bunga pada semester II nanti.
Oleh karena itu, dia melihat ruang untuk penurunan suku bunga kredit lebih lanjut sudah sangat terbatas. “Jika ada penurunan lanjutan, potensinya ada pada segmen konsumer,” katanya.
Perkiraan BTN, kenaikan suku bunga acuan baru akan terjadi mulai semester kedua tahun ini, dengan kenaikan sebesar 100 bps.
Ke depan, BTN akan tentu akan melakukan suku bunga kredit seiring dengan perkembangan biaya dana. Haru bilang, segmen yang kemungkinan lebih mudah untuk dilakukan penyesuaian adalah segmen komersial atau korporasi karena jangka waktunya yang cenderung lebih pendek dan pergerakannya mengikuti suku bunga acuan.
Sedangkan PT Bank Mandiri Tbk mengklaim sudah menurunkan suku bunga dasar kredit untuk segmen korporasi, ritel, mikro dan konsumsi sebesar 25 hingga 250 basis poin sejak tahun 2021.
Saat ini, posisi SBDK Bank Mandiri untuk setiap segmen sudah cukup kompetitif antara lain untuk kredit Korporasi sebesar 8,00%, kredit ritel 8,25%, kredit mikro 11,25%, kredit konsumsi khusus KPR sebesar 7,25% dan Non KPR 8,75%.
Namun, Sigit Prastowo Direktur Keuangan Bank Mandiri, dalam praktek di lapangan, suku bunga yang dikenakan pada debitur sangat mungkin lebih rendah dari bunga acuan, tergantung dari profil risiko debitur dan perkembangan biaya dana atau Cost of Fund (CoF).
Baca Juga: Baki Debit Kredit Serbaguna Bank Mandiri Capai Rp 65,7 Triliun hingga Februari
Kedepan, lanjutnya, Bank Mandiri akan secara konsisten melakukan review suku bunga kredit dengan mempertimbangkan suku bunga acuan dan suku bunga pasar, kondisi likuiditas, tingkat risiko debitur serta arah kebijakan regulator.
“Kami juga senantiasa menjaga Cost of Fund (CoF) pada level yang rendah dengan terus mendorong pertumbuhan dana murah (CASA),” kata Sigit.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga disebut sudah melakukan penyesuaian suku bunga kredit yang diberikan kepada nasabah sejalan dengan pergerakan suku bunga acuan (BI Rate) serta mempertimbangkan perkembangan kondisi ekonomi bisnis di tanah air.
Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan, SBDK BCA Per 30 September 2021 untuk kedit Korporasi sudah 7,95%, Kredit Retail 8,20% Kredit, KPR 7,20%, dan Kredit Konsumsi Non KPR 5,96%.
“Kami senantiasa berkomitmen untuk menyalurkan kredit secara prudent dan tetap mengkaji peluang di berbagai sektor sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian,” lanjut Hera.
BCA menargetkan pertumbuhan total kredit tahun ini dapat mencapai 6%-8%. Hera bilang, pihaknya akan terus mencermati beberapa faktor yang akan mempengaruhi penyaluran kredit tahun ini seperti mobilitas masyarakat yang diharapkan bisa kembali normal, suku bunga, likuiditas yang ada, dan lain sebagainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News