Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Hendra Gunawan
MAKASSAR. Bisnis koperasi seolah tenggelam karena persaingan yang ketat dengan perbankan dan perusahaan pembiayaan.
Saat ini dari 206 ribu unit koperasi yang tercatat di Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), hanya ada 150 ribu unit koperasi yang masih aktif.
Sekretariat Jenderal Dekopin Hanafia Sulaiman mengatakan, banyaknya koperasi yang tidak lagi beroperasi lantaran tidak menjalankan peran dan fungsinya dengan benar sehingga tidak lagi menyejahterakan anggotanya. Itu sebabnya koperasi banyak ditinggalkan oleh anggotanya.
Faktor lainnya, di masa lalu koperasi dibimbing dan diawasi oleh pemerintah untuk kelancaran bisnis, namun hal itu tidak dilakukan lagi setelah adanya otonomi daerah. Realitasnya koperasi yang berkembang di masyarakat merupakan koperasi pembiayaan atau simpan pinjam.
Bila pemicu ini terus terjadi, menurutnya, maka setiap harinya anggota koperasi tidak akan bertambah. Bahkan anggota koperasi akan fokus kepada usaha yang tengah ia kembangkan sendiri.
"Ada anggota yang lebih mengembangkan usaha sendiri sebagai pemasukan. Namun ketika Dekopin melakukan upaya pendidikan bagi anggota, muncul kembali kesadaran-kesadaran berkoperasi," ujarnya, Rabu (12/7).
Oleh karena itu pihaknya akan berupaya untuk meningkatkan kembali jumlah koperasi di tanah air dengan melakukan reformasi.
"Reformasi dalam bentuk, pembubaran koperasi, kemudian dibangun kembali yang diiringi dengan pembinaan secara intens bagi koperasi yang tidak aktif tersebut," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News