Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan telah menyiapkan rencana bisnis dalam memasuki periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi. Bank-bank pelat merah misalnya akan menyesuaikan ekspansinya sejalan dengan program-program pemerintah.
Salah satunya adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100). Bank ini akan tetap fokus pada bisnis UMKM, khususnya bisnis mikro yang akan ditingkatkan dari 34% saat ini menjadi 40% dari total kredit pada tahun 2022.
Baca Juga: Implementasikan QRIS, LinkAja lakukan digitalisasi pasar
Untuk mencapai itu, BRI akan melakukan inisiatif digital. "Inisiatif itu seperti digitalisasi bisnis proses, ekosistem digital, dan digital loan untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan perolehan CASA dan menargetkan segmen baru," kata Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo pada Kontan.co.id baru-baru.
Perseroan akan menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 10%-12% setiap tahunnya. Sementara untuk fee based income (FBI) atau pendapatan berbasis komisi dibidik tumbuh 12%-14%.
Haru bilang, pendapatan non bunga akan digenjot dari dari transaksi seperti trade finance dari segmen korporasi dan e-channel yang tidak hanya bersumber dari fee ATM, mobile banking dan internet banking, dan dari 390.000 agen Brilink (branchless banking) yang dimiliki BRI.
Untuk mendukung BRI sebagai integrated financial solution, perseroan baru merampungkan akuisisi general insurance bulan lalu sehingga saat ini BRI telah memiliki delapan anak usaha yang bergerak di perbankan umum maupun syariah, asuransi jiwa, multifinance, remmitance, sekuritas, corporate venture capital, dan general insurance.
Baca Juga: Makin mengecil, ini bunga deposito terbaru BCA, Bank Mandiri, BNI dan BRI
Ke depan, Haru mengatakan, pihaknya akan fokus pengembangan bisnis dan membangun sinergi subsidiaries yang dimiliki. "BRI Ventures akan terus dikembangkan untuk menangkap potensi pada fintech maupun start up yang mampu mendukung bisnis BRI Group," katanya.
Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) akan menyesuaikan ekspansi bisnisnya sejalan dengan program Pemerintahan Jokowi di periode kedua ini.
"Kami proyeksikan arah ekonomi membutuhkan support perbankan misal di sektor manufaktur, ekonomi kreatif melengkapi sektor infrastruktur dan komoditas yang beberapa tahun lalu menjadi unggulan pembiayaan," kata Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI.
Herry mengatakan, bisnis bank telah menghadapi banyak tantangan sejak tahun lalu terutama dari sisi likuiditas karena faktor perang dan dagang dan pertumbuhan ekonomi domestik yang masih belum sesuai harapan.
Baca Juga: Ingin garap bisnis PAYDI, asuransi umum menanti lampu hijau dari OJK
Dalam mendorong pertumbuhan bisnis, BNI akan fokus dalam menjalankan digitalisasi. Sinergi dengan fintech akan terus dilakukan sebagai bentuk proses transformasi bisnis ke arah digital. "Target pertumbuhan kredit dalam lima tahun ke depan masih double digit diiringi pengelolaan risiko yang baik tentunya," ungkap Herry.
Menurut Herry, pendapatan berbasis bunga masih akan tetap jadi kontributor utama dalam bisnis BNI. Namun, perseroan akan tidak akan berhenti untuk mendorong pendapatan berbasis non bunga lewat peningkatan bisnis layanan-layanan konsumer ritel berbasis IT, penambahan costumer based, serta peningkatan bisnis korporasi seperti trade, sindikasi dan bancassurance.
Ekspansi bisnis akan dilakukan BNI baik secara organik maupun anorganik. "Beberapa pilihan ekspansi terus kami kaji dan tidak pernah menutup kemungkinan rencana akuisisi bank, asuransi ataupun penyertaan ke fintech atau bisnis keuangan lainnya." Tandas Herry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News