Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah merancang Surat Edaran OJK (SEOJK) terkait Asuransi Kesehatan. Dalam rancangan SEOJK itu, terdapat poin ketentuan adanya Dewan Penasihat Medis atau Medical Advisory Board (MAB).
Mengenai hal itu, PT Asuransi Ciputra Indonesia (Ciputra Life) menyampaikan Medical Advisory Board diharapkan dapat membantu perusahaan asuransi dalam memastikan bahwa treatment medis yang dilakukan peserta sudah tepat guna. Selain itu, MAB diharapkan juga dapat melakukan review utilisasi untuk mitigasi over-utilisasi dan potensi fraud.
Senior VP Operation & IT Ciputra Life Christine Dahlan mengatakan pihaknya akan memitigasi dampak yang akan ditimbulkan dari adanya MAB terhadap perusahaan.
Baca Juga: OJK Tunda Penerbitan SEOJK Terkait Asuransi Kesehatan Menjadi Mei 2025
"Kami pastinya perlu menyiapkan budget beban untuk biaya Medical Advisory Board, tetapi dengan fungsi dan value added yang akan diberikan oleh Medical Advisory Board, tentunya diharapkan dapat membantu dalam mengelola beban klaim dengan lebih baik," ucapnya kepada Kontan, Selasa (28/4).
Sementara itu, dalam rancangan SEOJK Asuransi Kesehatan, terdapat juga kewajiban peserta yang berasal dari individu diwajibkan untuk menjalankan Medical Check Up (MCU) sebagai tahapan underwriting sebelum penutupan polis. Terkait hal tersebut, Ciputra Life membeberkan hasil diskusi dengan para pihak mengenai aturan itu.
Christine menerangkan sesuai dengan diskusi terakhir antara OJK dan semua asosiasi baik asuransi umum, asuransi jiwa, dan pialang asuransi, akan ada penyesuaian ketentuan MCU untuk asuransi kesehatan individu yang sebelumnya wajib diberlakukan untuk semua calon tertanggung menjadi lebih fleksibel.
"Nantinya, MCU lebih diprioritaskan untuk calon tertanggung dengan usia tertentu atau berdasarkan hasil kuesioner kesehatan. Adapun kriteria itu nantinya dianggap perlu untuk dilakukan MCU," kata Christine.
Di sisi lain, lembaga para pemikir yang didirikan oleh Indonesia Financial Group (IFG), IFG Progress, menyoroti tantangan dari adanya ketentuan MAB. Dalam riset IFG Progress berjudul Potential Consequences of the Upcoming SEOJK Health Insurance Regulation, disebutkan bahwa kebijakan itu menimbulkan tantangan biaya dan kesiapan operasional.
Baca Juga: OJK Susun Aturan Baru Asuransi Kesehatan, Skema Co-Insurance Jadi Sorotan
Dari sisi sumber daya manusia, biaya perekrutan tenaga medis, pelatihan, serta pengelolaan MAB menjadi tambahan beban operasional. IFG Progress menerangkan kualifikasi dokter juga perlu diperjelas, termasuk soal dokter umum atau harus dokter spesialis tertentu.
Meski regulasi tersebut memperbolehkan perusahaan berbagi MAB dan sistem informasi melalui Third Party Administrator (TPA) atau perusahaan asuransi lain, tetap ada fee kepada pihak ketiga, yang dinilai IFG Progress akan meningkatkan beban perusahaan asuransi.
Dari sisi sistem informasi, IFG Progress menyebut tantangan utama adalah sinkronisasi data dengan rumah sakit dan fasilitas kesehatan, yang belum memiliki standar sistem yang seragam. Oleh karena itu, peningkatan koordinasi dengan penyedia layanan kesehatan menjadi langkah penting untuk memastikan sistem informasi yang lebih efisien.
Baca Juga: OJK Beberkan Ketentuan yang akan Terdapat Dalam SEOJK Asuransi Kesehatan
Selanjutnya: Prabowo Minta Danantara Terlibat Proyek Pabrik Petrokimia Lotte Chemical
Menarik Dibaca: Bogor Diguyur Hujan, Simak Prakiraan Cuaca Besok (29/4) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
