Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank yang fokus pada sektor kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mendapatkan angin segar. Pasalnya, pemerintah telah memangkas tarif pajak penghasilan final UMKM menjadi 0,5% dari sebelumnya 1%.
Pemotongan pajak penghasilan UMKM bisa menjadi peluang perbankan menyalurkan kredit ke segmen tersebut. Dengan pajak yang rendah maka akan mendorong kegiatan UMKM. Ujungnya, pengusaha UMKM akan ada kebutuhan kredit.
Perbankan telah menyalurkan kredit UMKM senilai Rp 893,3 triliun atau naik 10,63% per April 2018. Kredit ini berkontribusi sekitar 18% terhadap total kredit bank sebesar Rp 4.827,23 triliun di April lalu.
Suprajarto, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan, penurunan tarif akan membantu para pelaku UMKM lebih mengembangkan usaha dan meningkatkan investasi karena beban pajak menjadi lebih kecil.
Bank milik pemerintah ini mencatat kredit UMKM sebesar Rp 429,9 triliun per kuartal I-2018. Angkan ini naik 14,70% dibandingkan senilai Rp 374,2 triliun pada kuartal pertama tahun lalu.
Sebagai bank yang fokus pada UMKM, BRI mengincar kredit tumbuh di atas 13% di tahun ini. Fokusnya, pada kredit mikro yang akan tumbuh 15%–17% di tahun ini.
Heri Purwanto, Direktur PT Bank Bukopin menuturkan, pemangkasan pajak UMKM ini diharapkan bisa mendukung bisnis UMKM. "Minimal dapat membantu bisnis ini bertumbuh," kata Heri kepada KONTAN, Senin (25/6).
Bank milik Bosowa ini termasuk bank yang fokus pada UMKM. Saat ini, porsi kredit Bukopin sebesar 30%–35% didominasi oleh UMKM, selain dari kredit konsumer. Tahun ini, porsi kredit UMKM targetnya naik menjadi 40% dari total kredit.
Halim Alamsyah, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berpendapat, permintaan kredit UMKM di perbankan akan tergantung pada keberhasilan insentif pajak UMKM tersebut dalam mendorong permintaan belanja masyarakat lebih banyak. Salah satunya, melalui penjual berskala UMKM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News