kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Investasi Dana Pensiun di Saham dan Obligasi Korporasi Turun, Ini Kata Dapen BCA


Senin, 04 November 2024 / 18:28 WIB
Investasi Dana Pensiun di Saham dan Obligasi Korporasi Turun, Ini Kata Dapen BCA
ILUSTRASI. Investasi industri dana pensiun di instrumen saham turun 9,27% menjadi Rp 26,4 triliun pada Agustus 2024 dari Rp 29,1 triliun pada Agustus 2023.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi industri dana pensiun di instrumen saham tercatat menurun 9,27% menjadi Rp 26,4 triliun pada Agustus 2024 dari Rp 29,1 triliun pada Agustus 2023. Selain itu, obligasi korporasi juga turun 6,33% dari Rp 61,6 triliun menjadi Rp 57,7 triliun.

Mengenai penurunan kedua instrumen itu, Dana Pensiun BCA (DPBCA) menilai hal tersebut dipicu pasar saham dan obligasi pada 2024 mengalami volatilitas yang cukup tinggi. 

Direktur Utama Dana Pensiun BCA Budi Sutrisno menyebut volatilitas itu bisa disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global, fluktuasi suku bunga, dan ketegangan geopolitik.

Baca Juga: Investasi Dapen di Saham dan Obligasi Turun, ADPI Sebut Ini Hanya Sementara

Budi mengatakan dana pensiun biasanya mengambil pendekatan strategi investasi yang lebih stabil dan lebih konservatif, terutama dalam kondisi pasar yang tidak pasti. 

"Dengan demikian, volatilitas itu mendorong dana pensiun untuk mengurangi eksposur di instrumen-instrumen berisiko, seperti saham dan obligasi korporasi," ujarnya kepada Kontan, Senin (4/11).

Budi menambahkan adanya kenaikan suku bunga juga biasanya menambah tekanan pada korporasi, terutama yang memiliki leverage tinggi. Hal itu meningkatkan risiko kredit yang lebih tinggi di sektor korporasi sehingga membuat obligasi korporasi cenderung dikurangi dibandingkan obligasi pemerintah yang lebih rendah risiko.

"Dengan mengurangi investasi di saham dan obligasi korporasi yang cenderung lebih volatil, dana pensiun bisa meningkatkan likuiditas portofolio dan fokus pada instrumen yang lebih stabil, seperti deposito, SRBI, atau obligasi pemerintah," kata Budi.

Budi menerangkan Dana Pensiun BCA mencatatkan total investasi per September 2024 sebesar Rp 5,87 triliun. Nilai itu naik sebesar 8,4% jika dibandingkan per September 2023.

"Investasi terbesar di Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 36%," ucapnya.

Baca Juga: OJK Catat Total Aset Dana Pensiun Tembus Rp 1.500,06 Triliun per September 2024

Selain SBN, Budi bilang Dana Pensiun BCA menaruh investasi terbesar di instrumen tanah dan bangunan sebesar 15,84%, deposito berjangka dengan porsi 14,15%, penyertaan langsung sebesar 13,8%. Adapun instrumen obligasi, saham, dan reksadana sebesar 12,05%, sedangkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar 8,16%.

Lebih lanjut, seiring adanya potensi penurunan suku bunga lagi dan sentimen window dressing, Budi mengatakan pihaknya akan menerapkan strategi investasi yang tetap berfokus pada stabilitas dan keamanan portofolio, dengan mempertimbangkan profil risiko yang sesuai dengan kebutuhan dana pensiun hingga akhir tahun ini. 

Dia menambahkan penurunan suku bunga berpotensi dapat menguntungkan bagi obligasi pemerintah atau korporasi. Sebab, harga obligasi biasanya naik saat suku bunga turun. 

"Hal itu memberikan kesempatan untuk menambah alokasi pada obligasi, mengingat imbal hasil dan nilai portofolio obligasi akan mendapat keuntungan dari kondisi pasar. Mengingat juga adanya kewajiban alokasi minimum di obligasi pemerintah (minimal 30%), strategi itu memastikan kepatuhan sekaligus mengoptimalkan potensi pertumbuhan portofolio di tengah penurunan suku bunga," tuturnya.

Baca Juga: Dana Pensiun Tidak Bisa Dicairkan Sebelum Usia Kepesertaan 10 Tahun

Dengan adanya sentimen window dressing, Budi menyampaikan saham-saham berkapitalisasi besar yang likuid seringkali mendapat dorongan positif. Sebab, perusahaan dan institusi melakukan pembenahan akhir tahun pada laporan keuangan mereka. Dengan demikian, alokasi ke saham-saham blue chip dengan fundamental yang kuat, dapat menjadi pilihan, mengingat saham-saham tersebut cenderung lebih stabil dan diuntungkan dari permintaan akhir tahun. 

"Namun, alokasi itu tetap perlu dibatasi sesuai batas maksimum investasi saham untuk masing-masing dana pensiun, dengan tetap mempertimbangkan profil risiko yang sesuai," ungkap Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×