Reporter: Mona Tobing | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam LK) berencana mengevaluasi investasi lembaga dana pensiun (dapen). Regulator akan mengarahkan dapen agar lebih banyak memutar dana di instrumen jangka panjang. Dengan perbaikan komposisi itu, dapen diharapkan dapat menghitung eksposur dan jatuh tempo secara akurat, sehingga tak menemulam masalah dalam menunaikan kewajiban terhadap peserta.
Dumoly F. Pardede, Kepala Biro Dapen Bapepam LK, mengatakan evaluasi ini bertujuan mensinkronisasi aset terhadap liabilitasnya. "Kami mendorong dapen berorientasi jangka panjang. Karena utang dapen sifatnya jangka panjang, investasi harus match dengan utang," kata Dumoly, pekan lalu. Namun, ia menegaskan, evaluasi ini hanya menghasilkan output bersifat imbauan.
Dengan fokus ke investasi jangka panjang, dapen dapat memaksimalkan imbal hasil yang diterima peserta dan mencegah terjadinya gagal bayar. Karena itu, ia mengimbau dapen menghitung secara berkala rata-rata jatuh tempo kewajiban dengan instrument investasi yang digunakan. "Mereka harus berhitung akan gap dengan kewajiban jangka panjang dengan mempertahankan aset yang tetap," kata Dumoly.
Pada semester I-2012, total investasi dapen mencapai Rp 142,7 triliun, tumbuh 13,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penempatan terbesar di obligasi senilai Rp 33,55 triliun atau 23,5%. Angka tersebut naik 17% jika disetahunkan. Penempatan terbesar kedua di deposito berjangka sebesar Rp 32,65 triliun, tumbuh 30,44%. Porsinya 22,88% dari total investasi.
Dana kelolaan lain, tersebar di surat berharga pemerintah Rp 30,65 triliun dengan porsi 21,47%, saham Rp 22,29 triliun dan reksadana pasar uang
Rp 10,22 triliun. Sisanya di efek beragun aset, tanah, bangunan, sukuk, serta Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Djoni Rolindrawan, Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), mengatakan selama ini anggotanya sudah terbiasa menempatkan dana di instrument jangka panjang, seperti di surat utang negara (SUN) atau obligasi korporasi dengan tenor 5 tahun.
Namun untuk tenor lebih panjang, seperti di sektor properti, porsinya masih kecil. "Untuk investasi, industri fokus pada margin yang didapat. Misalnya, di SUN ketika harga murah kami beli. Lalu ketika harga naik, kami keluar," kata Djoni.
Investasi jangka panjang seperti properti, dapen kurang berminat. Share untuk sektor properti masih 5%, meskipun komposisinya diperbolehkan hingga 15%. "Kami akan mengusulkan agar porsi investasi properti diperbesar menjadi 25%. Atau diperbolehkan untuk investasi emas untuk jangka pendek," kata Djoni
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News