Reporter: Novrida Manurung | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hengkangnya sejumlah investor asing dari pasar keuangan Indonesia, belum menunjukkan tanda-tanda akan kembali lagi. Maklumlah, kondisi pasar keuangan global masih membuat sebagian investor harus menutupi kerugiannya di negara asal mereka. Makanya, beberapa investor asing menjual koleksi surat berharganya atau tidak memperpanjang surat berharganya yang telah jatuh tempo.
Kondisi yang paling parah terjadi pada pasar Surat Utang Negara (SUN). Lihatlah perdagangan SUN sepanjang Oktober 2008, yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI). Nominal perdagangan SUN tercatat sebesar Rp 89 triliun. Jika dibandingkan dengan posisi perdagangan September lalu, angka tersebut turun sebanyak Rp 45 triliun.
Bila dilihat dari frekuensinya, rata-rata perdagangan SUN sepanjang Oktober turun menjadi sebesar 213 dibandingkan frekuensi perdagangan pada September sebanyak 238.
Turunnya frekuensi dan nominal perdagangan SUN, tentu saja masih terkait dengan hengkangnya asing dari pasar SUN. Sepanjang Oktober, asing melakukan net jual hingga Rp 12,7 triliun, yang didominasi oleh SUN jangka pendek dan panjang.
Bila kepemilikan SUN mencatatkan net jual, tidak demikian halnya dengan kepemilikan asing di pasar saham. Dalam periode yang sama, asing justru mencatatkan net beli. Data KSEI memperlihatkan, porsi kepemilikan asing di pasar saham naik menjadi sebesar 64,13%, dibandingkan porsi pada September 2008, sebesar 62,27%. Net beli asing di pasar saham sepanjang 2008, tercatat sebesar Rp 4,3 triliun.
Sayangnya, aksi beli oleh investor asing ini belum mampu meningkatkan nilai perdagangan di pasar saham. Dalam kondisi normal, setiap harinya rata-rata perdagangan pasar sekitar Rp 4 triliun hingga Rp 5 triliun. Sepanjang Oktober, rata-rata perdagangan di pasar saham hanya sebesar Rp 2,7 triliun setiap harinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News