Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan non bunga tampaknya telah menjadi alternatif bagi perbankan untuk menjaga konsistensi pertumbuhan laba di tengah tren kenaikan suku bunga. Itu tercermin dari pendapatan non bunga beberapa bank yang tampak tumbuh lebih tinggi dibandingkan pendapatan bunga bersih (net interest income/ NII)
Sebut saja, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga mencapai 18,3% secara tahunan (YoY), lebih tinggi dari pertumbuhan NII yang hanya 4,9% YoY. Hanya saja, secara nilai memang masih kecil yaitu hanya 31,61 triliun dibandingkan NII yang bisa mencapai Rp 101,19 triliun.
Jika dirinci lebih lanjut, pendapatan non bunga BRI ini lebih banyak dikontribusi oleh fee based income yang mencapai Rp 15,56 triliun atau tumbuh 12,2%. Selanjutnya, ada kontribusi dari hasil recovery asset yang dihapus buku senilai Rp 10,9 triliun.
Terkait capaian tersebut, Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto mengatakan kinerja fee based income itu banyak dikontribusikan dari layanan digital, dalam hal ini termasuk dari platform BRImo.
Baca Juga: BCA Tawarkan KUR dengan Bunga Mulai dari 6% untuk Eksportir
Memang, BRI mencatatkan kinerja yang cukup impersif terkait layanan digitalnya. Mereka mencatatkan nilai transaksi BRImo Rp 2.984,2 triliun, naik 65,2% YoY. Sementara jumlah transaksi di BRImo mencapai 2,18 miliar transaksi, naik 78,1% YoY.
"Tren pertumbuhan fee based income juga akan terus terjadi. Ini seiring dengan digitalisasi yang akan makin tebal," ujarnya, belum lama ini.
Sementara itu, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mencatatkan pendapatan non bunga terbesar kedua setelah BRI. Hanya saja, pertumbuhan pendapatan non bunga Bank Mandiri belum melampaui pertumbuhan NII-nya.
Pada periode September 2023, bank berlogo pita emas ini mencatatkan pendapatan non bunga sebesar Rp 27,35 triliun atau naik 10,8% YoY. Sementara, NII Bank Mandiri tercatat sebesar Rp 71,86 triliun dan naik 12,3% YoY.
Direktur IT Bank Mandiri Timothy Utama menyebutkan saat ini transformasi digital yang dimiliki melalui aplikasi Livin telah berkontribusi terhadap fee based income yang dimiliki. Dalam hal ini, ia menyebutkan kontribusi Livin' by Mandiri telah mencapai 15% dari total fee based yang didapat.
“Pertumbuhannya memperlihatkan 16% secara year on year, ini sudah dua kali lipat lebih besar dari fee based income retail payment,” ujarnya.
Baca Juga: Begini Kata BSI Soal Proses Divestasi Saham BNI dan BRI dari BRIS
Oleh karena itu, Timothy pun optimistis ke depannya kontribusi platform digital ini bisa lebih besar dan meningkat. Itu sejalan dengan tren digitalisasi yang mulai meluas di kalangan masyarakat.
“Tentu dengan upaya kami untuk terus mengembangkan layanan inovatif,” ujarnya.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi bank ketiga yang memiliki pendapatan non bunga terbesar dengan senilai Rp 18,03 triliun. Hanya saja, pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dua bank sebelumnya, yaitu sekitar 9,7% YoY.
Di sisi lain, pendapatan bunga bersih BCA masih mencatatkan pertumbuhan yang positif dan lebih besar dari dua bank sebelumnya yaitu mencapai 21,3%. Di periode tersebut, NII BCA mencapai Rp 55,9 triliun.
Serupa dengan BRI dan Bank Mandiri, EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengungkapkan peningkatan jumlah transaksi BCA berkontribusi terhadap kenaikan pendapatan selain bunga perusahaan.
“Ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 7,7% YoY,” ujar Hera.
Sebagai informasi, sekitar 99,7% atau hampir seluruh transaksi di BCA telah dilakukan secara digital. Secara keseluruhan, total volume transaksi BCA naik 26,8% YoY mencapai 22 miliar transaksi di sembilan bulan pertama tahun 2023.
“Kami melihat tren digitalisasi semakin meningkat setelah pandemi, dan kini banking from anywhere telah menjadi sebuah standar baru bagi operasional perbankan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News