Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan telah menyiapkan strategi menghadapi tahu 2023 agar tetap terus tumbuh secara berkelanjutan di tengah tren kenaikan suku bunga acuan, inflasi dan ketidakpastian ekonomi global.
Seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang telah menyiapkan 4 strategi, seperti Selective Growth.
Dengan berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi yang kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak tersebut, seperti Pertanian, Industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.
"Selain itu, BRI juga menerapkan strategi business follow stimulus dengan memfokuskan pertumbuhan berdasarkan stimulus pemerintah untuk penguatan pertumbuhan ekonomi domestik," kata Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto kepada kontan.co.id, Jumat (16/12).
Baca Juga: Mengintip Strategi Sejumlah Bank dalam Memperkuat Likuiditas pada 2023
Selanjutnya, maintenance quality. Yakni dengan selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan terus membentuk cadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi.
BRI juga akan fokus untuk bertumbuh pada pinjaman-pinjaman yang memiliki high yield, yaitu segmen mikro dan consumer loan. Selain itu, dalam menghadapi kenaikan suku bunga, BRI berencana meningkatkan CASA untuk menurunkan biaya dana.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga menyatakan, kenaikan suku bunga pasar antara lain BI-7DRR sebesar 50 bps ke angka 5,25% di bulan November 2022 serta kenaikan Fed Fund Rate (FFR) secara umum telah diantisipasi oleh industri termasuk perbankan.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyampaikan, keputusan tersebut merupakan langkah lanjutan front loaded, preemtive dan forward looking Bank Indonesia (BI) guna memastikan inflasi inti dan memperkuat stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca Juga: Jelang RDG BI, Cermati Prediksi IHSG dan Saham Rekomendasi Pilihan Analis
Menurutnya, kenaikan ini juga telah sejalan dengan proyeksi Bank Mandiri. Dalam merespons kebijakan tersebut, Bank Mandiri secara bertahap dan terukur melakukan kajian penyesuaian suku bunga simpanan dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana, kondisi pasar serta dampak terhadap peningkatan suku bunga kredit.
"Secara umum diproyeksikan bank-bank akan secara bertahap menyesuaikan tingkat suku bunga simpanan dan kredit," kata Rudi.
Terkait tren kenaikan suku bunga, Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn juga mengatakan, BCA sebagai perbankan nasional pada prinsipnya berkomitmen mendukung kebijakan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan.
Sejak Oktober 2022, BCA telah menaikkan bunga deposito valas secara bertahap. Saat ini bunga deposito valas US$ berkisar 0,75%-1,75%. Sementara itu, sejak November 2022, BCA juga telah menaikkan suku bunga deposito rupiah secara bertahap. Saat ini deposito IDR berkisar 2,00%-2,10%.
Baca Juga: Hingga Bulan Lalu, Bank Mantap Kantongi Laba Rp 1,1 Triliun
"Perseroan akan senantiasa mengkaji dampak dari tren kenaikan suku bunga, serta menyiapkan strategi yang tepat untuk senantiasa memberikan nilai tambah dan layanan yang optimal bagi segenap nasabah dan masyarakat," ungkap Hera.
Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu juga mengaku telah memiliki strategi di tengah tren suku bunga yang tinggi, yakni fokus untuk efisiensi dan menggalakkan CASA lebih agresif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News